Chapter 78

1.2K 166 156
                                    

"Selamat, Mr.Alexander. Istri anda sedang mengandung buah hati kalian. Usia kandungannya delapan minggu—usia yang masih sangat rawan. Tolong dijaga kesehatannya dengan baik. Jangan dibiarkan melakukan aktivitas fisik yang melelahkan, jangan juga dibuat berpikir terlalu keras, dan usahakan untuk makan teratur dan tepat waktu mengingat Istri anda juga memiliki riwayat menyakit maag."

Di tempat duduknya, Xeron masih melongo tak percaya, menikmati rasa hangat yang mulai menjalar di hatinya.

"Di kehamilan pertama Sang Calon Ibu biasanya akan lebih sensiftif. Suasana hatinya akan sering berubah-ubah. Yang awalnya happy tiba-tiba bisa menangis karena keinginannya tidak dituruti. Kalau soal ngidam, saya belum bisa berkomentar karena masing-masing Calon Ibu memiliki jenis ngidam yang berbeda-beda. Tapi alangkah baiknya jika dituruti selama itu bukan lah permintaan yang aneh-aneh. Karena Calon Ibu yang ceria sangat berdampak pada kesehatan kandungannya."

Xeron ingat Veronica pernah sesensitif itu dengan tidak mengijinkan Xeron pergi bekerja karena dia ingin menghabiskan waktu berdua di tempat tidur saat Veronica mendapatkan hari libur.

Soal makanan, Veronica sebenarnya tidak pernah meminta dibelikan yang aneh-aneh. Justru Veronica ngidam ingin memakan masakan dari tangan Xeron. Tapi terkadang menunya yang tidak tanggung-tanggung. Saat Xeron sudah memenuhi list yang Veronica tulis, gadis itu tidak mampu menghabiskannya karena terlalu banyak dan sisa makanan berakhir di tempat sampah.

Ada begitu banyak tanda-tanda kehamilan yang Veronica tunjukan. Bagaimana mereka bisa tidak menyadarinya?

Usai berbicara dengan Dokter spesialis kandungan, Xeron pun menghampiri Veronica yang sedang berbaring di tempat tidur dengan mata terpejam. Suara sepatu Xeron sepertinya sangat mengganggu sehingga gadis itu menoleh dengan mata mengerjap.

"Seharusnya kau tidak perlu repot-repot membawaku ke rumah sakit hanya karena maag-ku kambuh. Itu sangat berlebihan!" Veronica mengomel bahkan saat dia dalam kondisi lemas.

Xeron duduk di tepi tempat tidur. Membantu Veronica bangkit secara perlahan sebelum meletakan tangannya di atas perut Veronica yang masih rata.

"Kau dengar itu? Mamamu sedang memarahi Papa."

"Ha?"

Sudut bibir Xeron tertarik melihat kebingungan Veronica, "Lihat! Mamamu bahkan masih tetap cantik saat mulutnya sedang menganga."

Xeron membungkuk untuk mengecup perut Veronica yang sedari tadi tak henti-henti dia husap. "Sehat-sehat di dalam ya, sayang. Papa dan Mama akan menjagamu dengan baik."

Disentuhnya bahu Xeron dengan tatapan menuntut. Segala kemungkinan sudah berputar di kepala Veronica sejak Xeron menyebut mereka sebagai Mama dan Papa. "Dokter bilang aku hanya sakit maag kan?"

Xeron menggelengkan kepala sambil tersenyum. Jenis senyum yang jarang sekali Veronica lihat belakangan ini. Mata Xeron berbinar menunjukan bahwa dia benar-benar sedang merasa bahagia.

"Lalu?"

"Kau hamil, Veronica. Kau sedang mengandung buah hati kita."

Veronica mendelik tidak percaya. Dadanya bergemuruh cepat. Debaran yang seolah ingin meledak dengan rasa bahagia yang luar biasa. Dia menunduk menatap tangan Xeron yang masih menghusap perutnya. "Kau serius? Di dalam perutku ada calon bayi kita?"

"Ya, dia ada di dalam dan pasti merasa senang karena Papa dan Mamanya sudah mengetahui keberadaannya."

Mata Veronica mulai memanas, berkaca-kaca saking bahagianya. "Sebentar lagi aku akan menjadi seorang Ibu?"

Lagi, Xeron mengangguk. Ditariknya tubuh Veronica ke dalam dekapannya. Tidak hanya berdua. Mereka benar-benar merasa bahwa ada satu nyawa lagi yang berada di tengah mereka. Saling beperlukan erat seolah tidak ada hal apapun yang bisa memisahkan mereka.

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang