"Ini ide siapa?"
Rumahnya disulap bak negeri dongeng. Balon helium dengan ucapan 'Welcome Home Veronica' menggantung di dinding. Serta beragam jenis bunga segar yang memenuhi ruang tamu seperti hendak ingin berkebun. Veronica geleng-geleng kepala. Bukan kah ini sedikit berlebihan untuk menyambut kepulangannya dari rumah sakit?
"Ide suamimu tentu saja. Tapi bunga-bunga ini adalah kiriman dari para penggemarmu. Kata Xeron biarkan di rumah saja, jika dikirim langsung ke rumah sakit akan repot dibawa pulang. Well, kau bisa memiliki kebun bunga setelah ini." Amanda terkikik sambil duduk di sebelah Veronica.
"Xeron dimana ya? Kenapa lama sekali?" Veronica menoleh ke sekitar. Xeron belum juga masuk ke dalam setelah memintanya turun dari mobil lebih dulu bersama Amanda.
"Ada sedikit urusan katanya. Dia memintaku untuk menjagamu sebentar, sampai dia kembali."
"Dan tidak bilang apa-apa padaku. Menyebalkan."
Amanda bangkit dari duduknya seperti mencari sesuatu. Ternyata tak hanya sampai disana, masih ada bunga lain yang Amanda sembunyikan. Kali ini bunga mawar merah segar berjumlah cukup banyak bahkan terlalu berat untuk digenggam oleh tangannya yang masih lemas.
"Ini dari Zac."
"Zac?" Perlahan, Veronica pun mengambil bunga tersenyum dari Amanda dan meletakannya di atas pangkuan. "Aku pikir dia tidak tahu tentang kecelakaan yang kita alami."
"Aku menceritakan semuanya. Tidak ada yang bisa ditutup-tutupi oleh seorang sahabat. Demi Tuhan. Apakah Zac tidak mengirimkanmu pesan 'semoga lekas sembuh' atau apapun?"
Veronica menggeleng. Tidak ada pesan apapun dari Zac. Baik pesan pribadi atau pun DM instagram.
"Ah ya, kata Zac di dalam bunga itu terselip sebuah surat." Amanda memekik setelah menyadarinya. Membuat Veronica buru-buru mencari hingga menemukan sebuah amplop berwarna biru di antara banyaknya bunga. "Eits, jangan dibuka dulu, kata Zac kau harus membukanya saat sedang sen—"
"Sstt, berisik!"
Mengabaikan perintah Amanda, Veronica pun langsung membuka amplop itu dengan rapi. Ada kertas dengan tulisan tangan Zac di dalamnya. Membuat Veronica harus mengumpulkan keberaniannya sebelum membaca kata demi kata. Fakta Zac menyukainya cukup membuat Veronica terganggu.
Dear my best friend, Vero.
Apakah kau sudah sehat hari ini?
Aku harap Tuhan mengabulkan doaku untuk kesembuhanmu. Walau aku tidak bisa menjengukmu karena kesibukanku sebagai vokalis band papan atas yang selalu membuat para gadis menejerit-jerit histeris. Oke maaf, aku tidak bermaksud narsis. Tapi itu fakta kan?
Aku bingung, ini harus dimulai dari mana. Pertama-tama, aku ingin memberitahu jika kau boleh menanam bunga mawar merah pemberianku jika kau ingin berbisnis, siapa tahu kau sudah bosan jadi selebriti dan berniat membuka florist. Anggap aku sudah ikut menanamkan modal.
Tidak lucu. Aku tahu. Jangan memasang tampang bosan ketika membacanya.
Baiklah, aku akan mulai serius.
Soal perasaanku padamu, kau pasti sudah tahu dari Amanda? Atau kau justru lebih dulu tahu dari suamimu? Shit, Vero! Mulutku tidak bisa dikontrol saat berada di bawah pengaruh alkohol. Aku merasa bersalah melihat Xeron marah dan menyeretmu keluar dari bar malam itu.
Kalian berdua tidak bertengkar karena mulut sialanku ini kan?
Aku berani bersumpah, aku sama sekali tidak memiliki niat untuk menghancurkan rumah tangga kalian. Kau dan Xeron sangat serasi. Tampak sangat bahagia. Bagaimana mungkin aku tega melakukan itu sekalipun aku harus mengabaikan perasaanku?

KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomansKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...