Hal mengejutkan yang Veronica lakukan sepulang syuting adalah menghubungi Ibu mertuanya agar dia didaftarkan dalam kursus memasak. Tapi Ibu berkata dia tidak perlu repot-repot kursus memasak karena ada seseorang yang bisa diandalkan. Dokter Alicia katanya jago masak. Kata Ibu masakan Dokter Alicia tidak kalah lezat dari masakan koki restoran. Ibu pun sering meminta resep makanan padanya agar bisa diterapkan di rumah.
Rencananya Ibu akan mengajak Veronica berkunjung ke rumah Dokter Alicia pada akhir pekan. Jadi Veronica masih bisa mempertimbangkan niatnya, siapa tahu sebelum akhir pekan dia berubah pikiran lagi.
Kedengarannya aneh, saking ingin menjadi yang terbaik untuk seseorang dia rela mengorbankan diri melakukan hal yang tidak dia sukai. Xeron Alexander adalah alasan utamanya.
"Kenapa kita harus pindah dari sini, Xeron?"
Itu adalah pertanyaan yang Veronica layangkan kala tanpa sengaja menguping ujung pembicaraan Xeron dan Joe. Dua pria tampan itu terkejut melihat kedatangannya yang tiba-tiba. Memperlihatkan ekspresi seperti hendak buang air besar.
"Berhubung Istrimu sudah datang maka aku harus pergi dulu." Joe bangkit dari duduknya. Memasukan dokumen-dokumen itu ke dalam tas kerjanya.
"Kenapa buru-buru? Aku membawa banyak makanan. Kau bisa makan malam bersama kami disini." Veronica menahan lengan Joe yang hendak melangkah pergi. Tapi setelah itu Xeron mendekat sembari merangkul pundak Veronica—bahkan sedikit meremasnya. Kode apa itu?
"Aku minta revisi laporan yang sudah aku tandai itu harus ada di mejaku sebelum jam sepuluh pagi. Maaf jika malam ini aku harus membuatmu lembur. Mungkin jika keadaanku sudah pulih seratus persen, aku tidak akan melepaskan semua pekerjaan ini padamu."
Apa itu tadi? Pengusiran secara halus?
"Tentu. Waktu semakin cepat berjalan dan semakin banyak pula waktu yang sudah aku buang. Maka lebih baik aku pulang sekarang agar bisa menyelesaikannya dengan cepat."
"Tapi Joe—"
"Terimakasih atas tawaran anda, Nona Veronica. Mungkin lain kali saya akan bergabung makan malam bersama kalian. Kalau begitu saya permisi."
Setelah itu tidak ada lagi jejak Joe yang tertinggal disana. Apartemen itu kembali diisi oleh dua orang penghuni yang sesungguhnya. Veronica melepas paksa rangkulan Xeron dengan wajah kesal, "Kau baru saja mengusirnya."
"Aku tidak. Dia harus pulang untuk menyelesaikan pekerjaan." Xeron tersenyum, wajahnya penuh kemenangan. Lalu dia mengintip tas yang Veronica bawa di tangannya. "Apakah itu makan malam untukku?"
Veronica tidak menjawab, dia mengulurkan tangannya menuju dahi Xeron untuk memeriksa suhu tubuhnya. Sudah tidak hangat lagi. Baguslah.
Masih tidak mengatakan apa-apa, Veronica melangkah masuk menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Bagaimana cara Veronica mengambil piring dan memindahkan makanan tersebut dari kemasan sterofom adalah pemandangan yang sangat langka bagi Xeron. Dia bahkan mencubit tangannya sendiri untuk memastikan jika dia tidak sedang berhalusianasi.
"Kenapa menatapku seperti?"
"Kau benar-benar Istriku?"
"Kau mau makan dimana?"
"Nyawamu tidak sedang tertukar dengan orang lain kan?"
Veronica memberengut sebal, "Mau makan atau tidak? Jika tidak biar ku buang sa—"
Tiba-tiba tubuh Veronica dipeluk erat oleh Xeron. Sebelum membuat piring digenggamannya terjatuh, dia pun kembali meletakannya di atas meja tanpa berniat melepaskan pelukan Xeron yang selalu membuatnya nyaman. Ingin membalas dengan memberi husapan pada punggungnya tapi gengsi, dia kan masih merajuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomanceKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...