Chapter 28

2K 185 364
                                        

Malam itu—setelah mereka kabur dari dalam gedung bioskop—mereka tidak memiliki tujuan lain selain kembali ke hotel. Tapi ditengah perjalanan, Veronica memberi ide untuk pergi ke Eiffel Tower. Rasanya kurang lengkap jika berada di Paris namun tidak mengunjungi tempat tersebut.

Veronica ingat terakhir kali dia mengunjungi menara tersebut, Ayahnya masih berada di sampingnya. Kemana pun Veronica pergi, Ayahnya senantiasa mendampingi—sesibuk apapun aktivitas Ayahnya dulu. Dan sekarang tidak jauh berbeda, Xeron melakukan hal yang sama. Sosok Xeron memang mirip seperti Ayahnya. Membuat rasa kesepian Veronica sedikit terobati.

"Apakah menara Eiffel memang seindah ini jika dilihat dari dekat?" Xeron menatap lurus ke depan pada menara tinggi yang di sinari lampu berwarna emas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah menara Eiffel memang seindah ini jika dilihat dari dekat?" Xeron menatap lurus ke depan pada menara tinggi yang di sinari lampu berwarna emas. Terlihat luar biasa menakjubkan.

"Kau tidak pernah kemari sebelumnya?"

"Pernah. Tapi tidak menyaksikan secara detail. Aku hanya datang untuk urusan bisnis."

"Kau beruntung karena datang bersama gadis cantik sepertiku untuk pertama kali."

Xeron tersenyum sembari memeluk Veronica dan mengecup pundak terbukanya. "Kau dan Paris adalah perpaduan yang sangat indah, Veronica."

"Xeron." Veronica menunjuk ke arah seberang jalan, "Disana ada counter es krim. Belikan untukku ya?"

"Kau mau ku belikan counter es krim?"

"Astaga, bukan counter!" Veronica menepuk jidatnya sendiri. Susah bicara dengan orang kaya. "Aku mau es krim rasa strawberry."

"Sekarang?"

"Tahun depan. Ya, sekarang lah." Veronica berdecak saat Xeron malah semakin mengeratkan pelukannya dan tidak ada tanda-tanda ingin beranjak. "Xeron, belikan es krim dulu."

"Ya akan ku belikan tapi jangan kabur lagi. Tetap disini sampai aku kembali. Mengerti?"

Setelah itu Xeron benar-benar menuruti omongannya untuk membeli es krim di seberang jalan. Veronica mendudukan dirinya di atas rerumputan sambil menatap ujung menara. Dulu dia juga merengek pada Ayahmya agar dibelikan es krim dan sekarang suaminya melakukan hal yang sama. Bukan kah dia terdengar sangat beruntung?

"Mommy." Suara anak kecil yang terdengar di belakangnya membuat Veronica menoleh. Dia melihat seorang bocah—mungkin usia empat atau lima tahun. Bocah kecil itu tampak kebingungan. Toleh kanan-kiri sebelum mengeluarkan suara tangisannya. "Mommy, where are you? Don't leave me alone."

"Hai." Sapa Veronica. Dia berlutut di depan bocah itu tanpa ingin membuatnya ketakutan. "Apakah kau kehilangan Ibumu?"

Sepertinya Veronica salah bertanya karena tangisan bocah itu malah semakin keras. Beberapa mata pengunjung menoleh ke arahnya. Pasti sekarang orang-orang bepikir dia seorang penjahat yang ingin menjual bocah ini. Oh sial!

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang