Ada yang pernah berkata jika suatu hubungan akan bertahan lama apabila sang pria lebih mencintai sang wanita. Untuk saat ini pernyataan itu terdengar sangat benar. Sebagai sisi seorang wanita yang menjalin sebuah hubungan pernikahan tidak berlandaskan cinta tentu saja dia sempat memikirkan prihal perpisahan.
Wanita masih bisa bertahan bersama pria yang tidak dia cintai namum pria tidak akan bisa menjalin sebuah ikatan serius dengan wanita yang tidak dia cintai.
Begitulah Veronica menggambarkam sosok Xeron yang datang di hidupnya dengan penuh cinta. Mengenalkan Veronica pada perasaan asing yang tidak pernah dia rasakam sebelumnya. Aneh. Seberapa keras pun dia berusaha menyangkal, dia tahu perlahan-lahan hatinya berhasil diluluhkan oleh Xeron Alexander.
"Apakah kau mengalami jatlag?" Xeron bertanya sembari menghusap kepala Veronica.
Seorang supir yang bekerja dengan Xeron sudah menghentikan laju mobil tepat di depan mansion keluarga Xeron.
"Aku tidak selemah itu."
"Jika kau berubah pikiran, lebih baik kita pulang. Aku tahu kau lelah setelah menempuh perjalanan panjang. Kita bisa mengunjungi Ibu di akhir pe—"
"Ibu sudah menyiapkan makan malam untukku. Mana mungkin aku mengecewakannya, Xeron."
Pada akhirnya mereka pun masuk ke dalam manison. Suasana rumah itu masih sama seperti yang terakhir kali dia tinggalkan. Masih juga mengingatkannya akan kebersamaan Xeron dan Leah. Sama seperti Xeron, Veronica tidak akan sudi menginjakan kakinya di mansion ini jika bukan karena Ibu.
"Menantuku sudah datang!" Suara Ibu langsung menyapa setelah mereka tiba di ruang tamu. Yang pertama kali Ibu peluk adalah Veronica, bukan Xeron selaku Putranya. "Ibu menunggu kedatanganmu sedari tadi. Ibu sangat merindukanmu. Apakah kau mengalami jatlag?"
"Aku baik. Ibu sendiri bagaimana? Sudah sehat?"
"Ibu baru saja usai melakukan terapi bersama Dokter Alicia." Ibu melirik sosok wanita yang semula duduk di sofa ruang tamu. Wanita paruh baya yang masih tampak awet muda itu menghampiri mereka dengan senyuman ramah.
"Kau pasti Veronica, Istri Xeron Alexander?" Dokter Alicia menebak. Tatapannya penuh kekaguman ketika memperhatikan paras Veronica dari ujung ke ujung. "Kau tidak salah memilih istri, Xeron."
"Aku sudah pernah mengatakannya. Istriku sangat sempurna." Xeron melingkarkan satu lengannya pada pinggang Veronica. Sedangkan Veronica hanya bisa menunduk malu. Astaga malu, harus seperti apa dia bersikap sekarang?
"Terima kasih?"
"Dokter Alicia. Kau bisa memanggilku sama seperti yang lain." Sahut wanita anggun itu sembari mengulurkan tangan kanannya. Veronica segera menjabatnya dengan ramah.
"Terima kasih, Dokter Alicia."
"Kau mengingatkanku pada jaman dulu—saat aku masih muda. Cantik sekali." Dokter Alicia menghusap wajahnya. "Berapa usiamu?"
"Dua puluh tahun."
"Wah, terpaut cukup jauh ya dengan Xeron."
Veronica langsung melirik Xeron, memberi tatapan meledek. Ya, dia kan menikah dengan Om-Om. Tapi untungnya tampan dan seksi.
"Jika Putriku masih hidup, dia pasti seusiamu sekarang."
"Sudah, Alice. Kau harus mengikhlaskannya." Ibu kembali angkat suara. Merangkul pundak Dokter Alicia. "Bagaimana jika kau membantuku menghangatkan makanan untuk Putra dan Menantuku? Kau juga harus ikut makan malam disini bersama kami."
"Dengan senang hati." Sahut Dokter Alicia. Dan setelah itu mereka berdua pergi menuju dapur.
Walaupun Veronica membenci dapur dan segala pekerjaan rumit yang ada di dalamnya, dia tetap harus membantu Ibu jika tidak ingin dikatakan menantu tidak berguna. Saat hendak beranjak, pelukan Xeron pada pinggangnya malah semakin kuat sehingga dia terkunci di dalam sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomansaKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...