w a r n i n g 🔞
Meja kerja penuh dengan tumpukan berkas itu sudah tidak rapi lagi. Beberapa kertas berceceran di atas lantai namun sang pemilik tak ingin menghiraukannya.
Veronica tampak sangat seksi berbaring di atas meja kerjanya. Masih dengan penyatuan tubuh mereka yang belum menemukan titik puncak. Gadis cantik itu tampak malu-malu mengeluarkan suara desahannya. Efek bercinta di tempat umum yang pastinya terasa asing.
Ruangan itu tak lagi mengantarkan suhu dingin. Mereka berdua sama-sama terbakar. Xeron selalu menyukai kulit mereka yang bergesekan. Kendati Veronica memang bukan pengalaman pertamanya, tapi gadis itu selalu memberikan sensasi yang berbeda. Membuatnya ingin lagi dan lagi.
"Xeron," Gadis itu mengerang rendah. Suara favorit Xeron. Dia selalu suka saat Veronica menjeritkan namanya ditengah percintaan panas mereka.
Kepala Veronica tertarik ke belakang. Tubuhnya bergetar lebih kuat dari sebelumnya. Sebuah tanda jika dia sudah mencapai klimaks. Sedangkan Xeron masih menggerakan pinggulnya. Hingga dia akan menyusul Veronica dan harus segera mengeluarkan kejantanannya jika tidak ingin kesalahannya pada malam hari itu terulang lagi.
Tapi Veronica kembali menggerakan pinggulnya dan menahan lengan Xeron yang hendak beranjak. "Di dalam saja."
"Kau serius?"
Veronica mengangguk lemah di bawahnya.
"Tapi itu terlalu beresiko untuk kau yang masih belum ingin hamil dalam waktu dekat."
"Tidak apa-apa. Aku akan rutin minum pil pencegah kehamilan."
Xeron mendorong lebih dalam. Dalam satu kali hentakan dia menemukan pelepasannya. Seperti apa yang Veronica perintahkan—untuk kedua kali—dia sudah mengeluarkannya di dalam milik Veronica. Erangan panjangnya lolos mengisi ruangan. Sedangkan Veronica terkulai lemah merasakan bagaimana cairan hangat milik Xeron menggetarkan sekujur tubuhnya.
Kepala Xeron langsung jatuh di atas pundak Veronica. Jemari lentik Veronica menyusup di balik rambut tebal Xeron. Napas keduanya masih terengah-engah.
Ruang kerjanya tidak lagi memiliki makna sama. Kenangan lama itu sudah hilang berganti dengan momen yang dia ciptakan bersama Veronica baru saja. Tidak ada lagi orang lain yang perlu dia ingat ketika memasuki ruang ini. Hanya Veronica.
"Terima kasih, sayang." Xeron mengecup beberapa kali bibir Sang Istri sembari tersenyum. "Setelah ini kau ingin coba dimana lagi?"
"Shut up!" Sahutnya dengan senyum malu-malu. "Well, bagaimana soal CCTV? Apa yang kita baru saja lakukan tidak terekam kan?"
"CCTV ruangan hanya aktif ketika aku tidak ada di dalamnya. Jangan dengarkan Joe, dia hanya ingin menggoda kita."
Xeron terkekeh pelan. Tangannya menarik pergelangan tangan Veronica untuk bangkit duduk. Lalu dia berbisik, "Jadi kau lebih suka aku mengeluarkannya di dalam?"
Wajah Veronica seketika memerah. Xeron yakin segala sumpah serapah sedang Veronica ucapkan di dalam hati. Maka gadis itu mendorong dada Xeron menjauh. Bangkit berdiri untuk membenahi pakaiannya yang luar biasa kacau.
"Kemana kau melempar celana dalamku, Xeron?"
Xeron membungkus kembali kejantanannya dan menarik resleting celananya. Sebelum membungkuk ke bawah meja untuk mecari celana dalam Veronica yang dia lempar secara asal-asalan.
Celana dalam renda berwarna merah. Sepertinya Veronica memang menyukai warna-warna terang dan itu sangatlah menggoda.
"Kau menemukannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
Roman d'amourKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...