Sebenarnya Veronica tidak ingin membuat ini terasa begitu mudah. Seharusnya Xeron masih layak untuk dihukum setelah tiga hari Veronica mengungsi di rumah Amanda dan menjalani hari-hari tanpa Xeron di sebelahnya.
Xeron selalu datang dengan sabar. Saat Veronica bilang dia tidak ingin melihat wajahnya, Xeron akan keluar dari kamar namun tidak benar-benar pergi. Xeron menunggu di ruang tamu Amanda sambil menonton televisi untuk memastikan jika Veronica sudah tertidur lelap, setelah itu baru lah dia pulang.
Saat Xeron datang membawa banyak makanan hasil masakannya sendiri, Veronica dengan sengaja menolak padahal dia sangat ingin. Dia sengaja membuang seluruh makanan itu ke tempat sampah, tepat di depan mata Xeron dengan dalih dia akan mual ketika mencium aromanya.
Dengan penuh kesabaran Xeron pun berkata 'Tidak apa-apa, hormon Ibu hamil memang begitu bukan.'
Dua hari yang lalu, dia ngidam es krim strawberry jam tiga dini hari. Veronica merengek pada Amanda. Tapi sahabatnya itu sudah molor. Amanda yang tidur bak manusia mati suri tentu saja tidak akan mau menemaninya belanja ke supermarket yang buka dua puluh empat jam. Jangankan menemaninya belanja, membangunkannya saja Veronica tidak berhasil.
Keputusan terbaik pada saat itu adalah menghubungi Xeron tepat pukul tiga lebih lima belas menit, setelah banyak pertimbangan di dalam dirinya.
Akhirnya pintu rumah Amanda di ketuk lima belas menit kemudian, Xeron datang dengan kaus polos dan wajah yang acak-acakan namun tetap tampan. Dan alangkah terkejutnya Veronica saat Xeron membawakan satu box besar es krim rasa strawberry yang keesokan harinya membuat Amanda bingung harus menyimpannya dimana karena lemari pendinginnya penuh.
Xeron tidak pernah menyerah. Dia selalu datang dan berjuang untuk mereka.
Dan hormon Ibu hamil pula yang membuat Veronica yang memiliki jiwa kukuh harus goyah dan kembali membawa langkah kakinya pulang ke rumah.
Halaman bersih. Ruang tamu rapi. Dapur juga terlihat baik-baik saja. Tapi kala Veronica mendorong pintu kamar mereka, disanalah Veronica melihat dokumen-dokumen kantor Xeron yang berceceran. Membuat kamarnya tampak seperti kapal pecah.
Xeron tidak tidur di kasur. Dia terlelap di meja dengan laptop yang masih menyala. Wallpaper pada layar laptop menunjukan foto wajahnya yang lagi-lagi Veronica tidak tahu dimana Xeron mendapatkannya.
Mungkinkah selama ini Xeron diam-diam mencari fotonya di google lalu menyimpannya?
"Maaf." Xeron mengingau kala Veronica mencoba merapikan beberapa map yang terbuka di atas meja. "Jangan tinggalkan aku. Bagaimana aku bisa hidup tanpa kalian?" Veronica pun mengarahkan tangannya menuju punggung Xeron yang bergetar. "Aku mohon jangan pergi, Veronica. Aku mohon maafkan aku."
Benar. Ternyata Xeron sedang memimpikannya.
Tangan Veronica bergerak menghusap kepalanya. Itu diluar kendalinya. Saat itu pula kesadaran Xeron terkumpul. Tubuhnya menegap dengan napas memburu keras. Kedua mata hijaunya yang tampak lelah mengerjap beberapa kali memperhatikan Veronica dengan tatapan tidak percaya.
"Mimpi ini terlalu nyata. Aku bahkan melihat bayangannya disini, sepagi ini."
Xeron menghusap gusar wajahnya. Kembali menatap Veronica di tempat yang sama dan semakin jelas. Gadis itu tengah tersenyum sambil berkacak pinggang. Membuat kursi Xeron tertarik ke belakang saking terkejutnya.
"V-eronica?"
"Kau pikir aku hantu?"
Bagaimana bisa? Xeron menepuk pipinya sendiri. Masih mengira dirinya bermimpi. Kemudian dia bangkit berdiri, menyentuh kedua lengan Veronica yang terasa nyata. "Kau benar-benar disini. Kau sudah pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomanceKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...