Chapter 55

1.8K 203 312
                                        

Pagi hari yang buruk karena Veronica disambut dengan perutnya yang bergejolak hebat. Dia memuntahkan cairan dengan aroma tidak sedap itu pada kloset. Sial. Veronica bahkan tidak bisa mengingat berapa botol alkohol yang sudah mengisi perutnya semalam.

Saat dia keluar dari kamar mandi usai membasuh bibir, Xeron yang semula tidak ada di kamar tiba-tiba masuk. Mungkin suara muntahannya terdengar sampai di bawah. Dengan wajah khawatir, Xeron mendekat dan memegangi kedua pundaknya.

"Aku akan panggilkan Dokter."

"Aku hanya muntah karena terlalu banyak minum alkohol."

Berikutnya suara perut Veronica terdengar pertanda bahwa cacing di dalam perutnya melakukan demo pagi-pagi begini. Memalukan sekali.

"Aku sudah menyiapkan sarapan. Kau harus makan agar tidak sakit."

Veronica mengangguk patuh. Lantas mereka pun turun menuju meja makan. Menghabiskan sarapan dalam diam. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang menghilangkan sedikit kesunyian.

Tidak ada yang tahu isi pikiran seseorang, termasuk Veronica. Keterdiaman Xeron mungkin karena dia sedang kesal dengan kejadian semalam dimana Veronica pulang dalam keadaan mabuk tanpa memberikan kabar atau ada sesuatu yang dia ucapkan yang membuat Xeron merasa tersinggung.

Entahlah.

Disisi lain dia juga belum merasa baik-baik saja bila kembali mengingat percakapannya dengan Leah kemarin. Leah yang mengancam, meneriakinya dan mengamuk. Veronica berharap Ibu benar-benar tidak memberitahu tentang hal itu kepada Xeron. Sebut dia egois, tapi dia benci jika Xeron mengkhawatirkan Leah.

"Veronica."

"Xeron."

Ucap mereka berbarengan sehingga bibir keduanya menarik senyum tipis.

"Ledies first."

"Tidak. Kau duluan saja."

Xeron menunjuk dirinya sendiri dan Veronica memberi anggukan.

"Kemarin Zac meleponmu. Dia memberi kabar bahwa dia sudah sampai di airport dengan selamat. Maaf sebelumnya, aku tidak bermaksud lancang menganggu privasimu. Aku hanya..—Oke. Aku mengaku jika aku sangat penasaran dengan interaksi kalian berdua."

"Lalu kau bilang apa padanya?"

Wajah Xeron tampak lebih pucat. "Aku tidak berkata apa-apa. Aku langsung memutuskan panggilan dan mematikan ponselmu. Kau tampak sangat lelap, aku hanya tidak ingin kau terusik karena bunyi telepon."

"Mungkin Zac akan berpikir aku sombong."

"Mungkin kau harus meneleponnya sekarang dan meminta maaf untuk nama persahabatan."

"Tidak."

"Tidak?"

"Nanti suamiku cemburu."

Xeron membuang napas dan menyengir, "Terlalu kelihatan ya?"

"Terlalu jelas bahkan."

"Maaf, aku tidak pandai menyembunyikan perasaan." Xeron terkekeh malu-malu dan suasana meja makan perlahan mulai hangat. "Jadi apa yang ingin kau katakan padaku? Tolong, jangan membahas tentang perceraian lagi karena aku tidak akan pernah melalukannya."

"Perceraian?"

Tentu Veronica tidak ingat. Bodoh. "Seharusnya aku sadar jika semalam aku berbicara dengan orang mabuk yang tidak akan ingat apa yang dia bicarakan setelah kembali sadar." Xeron menepuk dahinya sendiri. Sedikit dramatis. "Tapi kau benar-benar membuatku tidak bisa tidur semalaman, Veronica."

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang