Chapter 82

1.3K 165 124
                                        

Selama makan malam guna menyambut kepulangan Leah berlangsung, Xeron lebih banyak diam di tengah suasana hangat yang coba Ayah ciptakan di meja makan tersebut.

Acara makan malam besifat pribadi. Hanya ada Ayah, Ibu, Xeron, Leah, Dokter Alicia dan seorang Suster yang banyak membantu Leah selama tinggal di Yayasan.

"Omong-omong, kenapa kau datang sendirian, Xeron?" Tanya Ayah usai menegak air putihnya. "Kemana Istrimu? Mengapa dia tidak ikut?"

Xeron rasa hal itu sama sekali tidak perlu dibahas di meja makan. Acara ditujukan untuk Leah dan Veronica sama sekali tidak ada sangkuat paut. Entah mengapa, ucapan Veronica beberapa saat lalu melintasi pikiran Xeron. Bahwa Ayah seperti ingin menyudutkan posisi Veronica setelah mengetahui Xeron pernah gagal memberikan kebahagiaan untuk Putrinya, Leah.

"Veronica ada di rumah."

"Padahal kami sudah mengundangnya secara terbuka. Bagaimana bisa dia tidak datang. Apakah dia tidak senang mendengar kabar kepulangan Leah, saudari iparnya sendiri?"

Xeron menatap tidak suka pada Ayah.

"Putriku harus lebih banyak istirahat. Perutnya semakin hari sudah semakin besar. Jadi aku memintanya untuk lebih banyak diam di rumah." Dokter Alicia menyahut ucapan Xeron lebih dulu.

Lantas Xeron melempar senyum penuh terima kasih kepada Dokter Alicia.

"Sayang sekali, Alicia, padahal aku ingin melihat cucuku yang masih berada di dalam perut menantuku itu." Kata Ibu.

"Sebentar lagi dia akan lahir dan kita akan menjadi seorang Nenek."

"Aku sedang membayangkan bagaimana cantik atau tampannya dia. Apakah dia lebih mirip Xeron atau Veronica. Sungguh, aku tak sabar."

Leah tiba-tiba batuk. Dia buru-buru menuangkan air putih ke dalam gelas lalu menegaknya sebelum dia akan tersedak. Percakapan dua orang Ibu yang sedang menantikan kelahiran cucu mereka sangat membuat Leah terganggu. Kemana perginya orang-orang saat dulu dia membutuhkan dukungan semacam itu?

Percakapan pun beralih pada Suster yang mulai menceritakan keseharian Leah selama tinggal di Yayasan. Hal itu patut disyukuri oleh Xeron. Terkadang dia tidak nyaman Veronica dijadikan topik pembicaraan di tengah-tengah keluarganya.

Hal yang Xeron tunggu-tunggu akhirnya tiba, makan malam sudah usai. Dokter Alicia dan Suster pamit lebih dulu. Xeron memberikan sebuah kode pada Dokter Alicia yang langsung dibalas dengan anggukan kepala bahwa dia mengerti ada sesuatu yang hendak Xeron bereskan sebelum pergi.

"Leah bisakah kita bicara?"

"Tentu. Di kamarku?"

"Di halaman belakang saja."

Leah mengangguk. Keduanya melangkah menuju halaman belakang. Duduk di teras rumah ditemani saura rintikan hujan yang mulai turun.

"Apakah kau ingat dulu kita sering bermain hujan-hujanan disini?" Tanya Leah, suasana halaman belakang rumah dan rintikan air hujan membuatnya bernostalgia. "Kau mengajariku cara membuat perahu dari kertas kemudian kita akan membuat perahu itu berlayar pada kubangan air. Dulu taman ini tidak banyak tumbuhan. Ibumu menanaminya dengan banyak bunga sekarang. Terlihat sedikit norak karena warna bunga bervariasi dan membuatku sakit mata. Tapi tidak apa-apa. Kanangan tentang taman belakang rumah tidak akan pernah hilang."

Bukan itu tujuan Xeron mengajak Leah berbicara. Kenangan masa lalu itu sudah tidak berarti apa-apa lagi. Xeron hanya menganggap itu sebagai kenangan dua bersaudara yang akrab.

"Aku senang bisa keluar dari healing canter. Tapi aku juga takut tidak mendapatkan kepedulian lagi setelah ini. Aku sudah bergantung dengan segala bentuk perhatian dari para Suster dan teman-teman yang bernasib sama denganku. Disana aku tidak merasa kesepian. Tapi rumah akan selalu menjadi hal terbaik. Ada banyak hal indah yang bisa aku kenang disini walau akan berakhir sendirian."

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang