"Perkenalkan namaku Leah."
Perempuan bernama Leah itu mengulurkan tangan kanannya pada Veronica. Tidak langsung menjabat tangannya, Veronica meneliti penampilannya lebih dulu. Leah memiliki mata berwarna biru—luar biasa indah. Hidungnya runcing dan bibir merah. Tampak anggun, khas perempuan dewasa. Berbanding terbalik dengan dirinya yang masih tampak seperti remaja ingusan.
"Veronica Estella." Pun Veronica menjabat tangannya sembari memperkenalkan diri.
"Sesuai prediksiku, saudari iparku sangat cantik."
Saudari ipar? Tunggu, siapa sebenarnya Leah ini? Namanya juga tidak asing di telinga Veronica.
"Leah ini putri kandungku. Sedangkan Xeron adalah putra kandung dari istriku. Kendati demikian kami tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang untuk mereka. Kau tampak bingung. Apakah Xeron belum bercerita mengenai keluarga ini?" Jelas Ayah sehingga Veronica mendongak pada Xeron di sebelahnya. Masih sama seperti sebelumnya, ekspresi Xeron masih datar. Apa lagi sebenarnya yang belum Veronica ketahui disini?
"Maaf sebelumnya, aku benar-benar tidak tahu jika Xeron memiliki saudara perempuan."
"Tentu saja dia tidak ingin mengatakan yang sebenarnya." Sahut Leah dengan suara rendah namun masih dapat dijangkau oleh Veronica. Membuat Veronica bingung apa maksud dari ucapannya. "Biar ku tebak, kau pasti baru pertama kali datang kemari kan?"
Veronica mengangguk.
"Sayang sekali, padahal mansion keluarga ini selalu terbuka untuk siapapun, apalagi anggotanya. Xeron, mengapa kau menyembunyikan istrimu yang cantik ini?" Tatapan Leah beralih pada Xeron yang masih diam.
"Mungkin mereka sama-sama sibuk dan baru sempat berkunjung. Kapan pun kau ingin datang, kami akan selalu menyambutmu, Veronica." Sahut Ibu mencoba untuk mencairkan suasana.
Leah kembali menyahut, "Sambil menunggu acara tumpengan berlangsung, bagaimana jika aku mengajakmu berkeliling mansion?"
Veronica tersenyum antusias hendak menyambut tawaran Leah. Tapi Xeron memeluk pinggangnya erat—seakan tidak membiarkan Veronica beranjak menjauh darinya. "Veronica tidak akan kemana-mana. Dia tetap disini bersamaku."
"Kenapa? Aku kan ingin—"
"Aku bilang tidak ya tidak, Veronica!" Balas Xeron dengan suara tegas. Dari awal mengenal sosok Xeron Alexander, Veronica pikir pria itu tidak bisa marah. Tapi mendengar bentakannya baru saja, Veronica pikir benar-benar ada sesuatu yang mengganggunya.
"Apakah begini cara Xeron memperlakukanmu?" Leah kembali bertanya. Tetapi Veronica tidak berniat untuk membalasnya. Dia sudah terlanjur kesal karena secara tidak langsung cara Xeron memperlakukan dirinya baru saja—walau membentak Veronica tidak pernah Xeron lakukan sebelumnya—membuat harga diri Veronica jatuh di depan mertua dan juga iparnya.
"Ayah, Ibu, kami permisi ingin mengambil minuman." Kata Xeron sopan yang dibalas anggukan oleh kedua orang tuanya.
Diboyong menjauh oleh Xeron membuat Veronica tidak bisa melakukan perlawanan. Apalagi pelukan Xeron di pinggangnya semakin menguat. Dengan wajah kesal, Veronica mengambil satu gelas minuman di atas meja kemudian menghabiskannya dalam tiga kali tegak saja. Panas dari minuman itu seketika menjalar ke kerongkongannya. Sial, pahit sekali. Pasti kadar alkoholnya tinggi.
"Maafkan aku." Suara Xeron di sebelahnya membuat Veronica melirik sekilas menggunakan sudut matanya. Bibir Xeron mendekat menuju telinganya dan aroma alkohol yang baru saja dia tegak tercium dengan jelas. "Aku tidak bermaksud membentakmu di depan mereka."
"Kau mempermalukanku di depan keluargamu!"
"Aku tahu maka dari itu aku meminta maaf. Aku melakukannya karena tidak ingin kau berada jauh dariku. Kau belum terbiasa dengan lingkungan ini, aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomansaKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...