Kisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang.
Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah.
Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Playlist : You're Still The One - Shania Twain
***
Xeron merebahkan tubuh Veronica di atas sofa. Kondisi gadis itu tak memungkinkan mereka untuk makan di tempat, maka dari itu Xeron memutuskan untuk memesan makanan melalui drive thru di sebuah kedai cepat saji. Saat dia hendak beranjak, tangan Veronica masih mengalung di lehernya, tampak tak ingin melepaskan. Xeron pun memilih duduk di sebelah gadis itu. Membiarkan Veronica memeluknya seperti koala yang sedang memeluk sebatang pohon.
"Bangun, Veronica." Dia menepuk lembut pipi Veronica untuk membangunkannya. "Ayo makan dulu."
"Tidak."
"Tadi kau bilang lapar."
Dengan mata menyipit Veronica menelisik. Warna hazel dari mata gadis itu berubah sedikit merah. Ditambah aroma alkohol yang tercium pekat menimbulkan asumsi bahwa Veronica masih dalam keadaan mabuk sehingga sulit mengumpulkan kedasaran.
Ya, tentu saja Veronica sedang mabuk, jika tidak mana mungkin mereka bisa berada dalam posisi seintim ini tanpa ada protes darinya.
"Aku ambilkan burgernya ya?"
"Aku tidak lapar lagi." Tangan Veronica mencegah pergelangan Xeron. Sebelum kepalanya kembali bersandar pada dada Xeron. Napas hangatnya membuat tubuh Xeron seolah tersengat. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat di kedua sisi agar tidak menyentuh tubuh Veronica. "Kau sangat nyaman untuk dipeluk seperti guling kesayanganku."
Kendati disamakan dengan guling, Xeron tak nampak tersinggung. Justru dia senang Veronica merasa nyaman di dekatnya. Veronica sangat menggemaskan ketika mabuk. Melihatnya seperti ini, Xeron seperti mendapatkan sebuah hiburan setelah penat menjalani seluruh pekerjaannya di kantor.
"Kau ingin langsung tidur?"
Veronica mengangguk.
"Aku akan gendongmu ke kamar kalau begitu."
"Disini saja."
Kembali merengek, kini Veronica naik ke atas kedua paha Xeron. Pergerakan itu sukses membuat Xeron terkejut dan tidak bisa mengantisipasi. Veronica duduk di tengah-tengah sembari menghentakan bokong sedangkan kakinya melingkar kuat pada pinggang Xeron. Sudah tahu kan bagian mana yang terkena gesekan?
Mungkin bagi Veronica hal yang baru saja dia lakukan tidak berarti apa-apa. Berbeda dengan Xerong yang dibuat kalang kabut. Sesuatu di antara kedua pahanya menegang.
Terlepas dari pernikahan yang dia lakukan bersama Veronica tidak seperti pernikahan pasangan pada umumnya, Xeron Alexander adalah pria normal yang juga bisa terangsang. Veronica yang terus memancing seperti ini bisa saja membuatnya khilaf.
"Berhenti." Xeron menahan pinggang ramping Veronica dengan telapak tangannya. "Aku tidak ingin disalahkan jika keesokan harinya kau akan menyesali apa yang sudah kau perbuat padaku malam ini."