Salah seorang petugas mengantar mereka menuju kamar hotel dengan tipe suite room. Kamar termewah yang ada di hotel ini. Xeron mengucapkan terima kasih sebelum petugas itu pergi. Saat Veronica sudah masuk ke dalam, dia pun menutup pintu menggunakan ujung kakinya.
"Waw, ini lebih luas dari apartemen kita." Veronica mengamati ke sekitar dengan ekspresi kagum. "Hari ini kita menginap disini ya?"
"Kau bebas melakukan apapun di hotelmu sendiri."
"Oh iya, aku lupa!" Senyumnya tertarik lebar kemudian dia melangkah girang menuju tempat tidur yang berisi taburan kelopak bunga berbentuk hati. Ah, seperti sedang honeymoon saja.
Merebahkan tubuh, dia menopang kepalanya dengan satu tangan. Menatap lurus ke arah Xeron yang sedang membuka jas kerja dan menyampirkannya pada lengan sofa. Dia menarik dasinya hingga merusak simpul. Juga mulai membuka kancing kemejanya yang semula menjepit hingga ke lehernya. Tiga kancing kemejanya terbuka dengan sempurna hingga Veronica bisa melihat tato di dada Xeron yang seolah mengintip.
Susah payah Veronica menegak salivanya. Bagaimana bisa tahan kalau suaminya sepanas ini?
"Xeron, sini." Panggilnya menepuk tempat kosong di sebelahnya. Xeron pun langsung mendudukan diri sambil memeluk pinggang Veornica. "Selfie yuk?"
"Selfie? Siapa itu?"
Astaga, kambuh lagi penyakit kekunoan Xeron. "Foto menggunakan kamera depan bahasa kerennya itu selfie. Ih, begitu saja tidak tahu!"
"Aku pikir nama orang."
Yaampun, bisa-bisanya!
Veronica pun mengambil ponsel pintarnya kemudian membuka kamera. Gerakan refleks Xeron yang langsung melingkarkan lengan di pundaknya membuat Veronica sedikit terkejut. Veronica menatap Xeron heran, belum juga apa-apa pria itu sudah bergaya. Sudah narsis rupanya dia sekarang.
"Cepat. Lama sekali." Pintanya tak sabaran.
"Sabar. Bercermin dulu agar aku tahu sudah cantik atau belum." Memanjangkan tangannya ke depan, Veronica pun mengarahkan kamera depan ke arah mereka dan mulai menghitung mundur. "Three. Two. One. Cheers!"
Melihat hasil yang langsung bagus dalam satu kali pengambilan gambar membuat Veronica yakin bahwa julukan couple goals memang cocok untuk mereka. Disisi lain dia juga tidak menyangka jika Xeron sudah cukup lues di depan kamera—berkat ajaran darinya tentu saja. Duh, mana senyumnya manis pula. Suami siapa sih ini?
"Coba lihat hasilnya." Xeron mengambil ponsel Veronica. Dia menarik sudut bibirnya sambil menggerakan jempolnya di atas ponsel Veronica. Terlalu terpesona akibat senyum tampan suaminya, Veronica sampai tidak menyadari apa yang sudah Xeron lakukan pada ponselnya.
"Xeron, wallpapernya kenapa diganti?!" Gerutunya akibat kelancangan Xeron mengganti wallpaper ponselnya menggunakan foto selfie mereka berdua. Veronica hendak merebut kembali ponselnya dari tangan Xeron namun pria itu berhasil berkelit. "Ih, kembalikan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
Любовные романыKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...