Playlist : Billie Eilish - Happier Than Ever
***
Nada tak bersahabat yang Ayah ucapkan ditengah suasana berduka yang sedang dihadapi Xeron membuat Ibu bangkit dari duduknya untuk berhadapan dengan Ayah.
"Putraku baru saja kehilangan anaknya."
"Ini bukan kehilangan yang pertama bagi Xeron. Kesedihan Xeron tidak akan pernah sembanding dengan Leah yang akan menerima kenyataan bahwa dia kehilangan fungsi dari kedua kakinya untuk selamanya."
"Siapa yang ingin kau disalahkan atas semua kejadian ini? Xeron? Dia sama sekali tidak tahu apa-apa. Putrimu yang membawa Menantuku masuk ke dalam gudang itu dan membuat gudang itu kebakaran!" Teriak Ibu. Untuk pertama kali Xeron melihat Ibu membelanya di depan Ayah.
"Kau berani berteriak padaku untuk membela anak haram ini?!" Ayah menuding Xeron dengan raut penuh kebencian.
"Orang yang kau sebut anak haram itu Putra kandungku. Aku yang melahirkan dan membesarkannya. Selama ini aku selalu diam ketika kau menyudutkan Xeron-ku dalam segala hal. Tapi kali ini Xeron memang tidak bersalah, musibah ini terjadi akibat perbuatan Leah."
Ayah tampak sangat marah. Tangan kanannya terbuka dan melayang ke udara—hendak memberi tamparan kepada Ibu. Namun Xeron lebih dulu bangkit, mencengkram kuat pergelangan tangan Ayah. Berdiri di depan Ibu untuk menjadi tameng.
"Jaga sikapmu pada seorang wanita!" Kesabaran Xeron rasanya sudah habis. Dia benar-benar lelah untuk terus mengalah. "Jika kau menampar Ibuku, lalu apa bedanya kau dengan Ayah kandungku?"
Ucapan Xeron baru saja seolah sangat menampar Ayah. Pria itu menepis kuat tangan Xeron lalu mengangkat kerah kemaja pemuda di hadapannya.
"Begini caramu membalas seluruh kebaikanku selama ini? Kau dan Ibumu tanpa aku, tidak akan pernah menjadi apa-apa, Xeron. Selamanya kalian akan menjadi seperti Ayah kandungmu. Miskin dan menyedihkan."
"Aku tidak pernah mengambil sepeser pun uangmu. Aku juga tidak pernah menerima barang-barang mewah yang kau tawarkan. Perusahaanku berdiri dengan sukses, itu murni karena usaha dan kerja kerasku. Kau hanya akan menawarkan bantuan saat kami duduk di meja makan—saat Ibu ada disana. Sama halnya saat kau menawarkan mansion baru sebagai hadiah pernikahanku dengan Veronica. Aku tidak menerimanya, aku lebih memilih tinggal di apartemen sederhana atau membeli rumah dengan hasil kerja kerasku sendiri. Aku tidak pernah ingin dianggap berhutang budi padamu."
Cengkraman Ayah semakin menguat, "Lalu, bagaimana nasib Ibumu jika aku tidak menyelamatkannya dari Ayah kandungmu yang bajingan itu?" Ayah terkekeh meremehkan. "Faktanya itu adalah hutang budi terbesarmu padaku. Aku sudah menyelamatkan kalian dari nasib buruk."
"Lalu apa yang kau harapkan dariku?"
"Kau bisa membantuku menebus seluruh dosaku kepada Putriku. Aku tidak suka hidup dihantui rasa bersalah. Aku ingin memperbaiki semuanya dan kembali hidup tenang seperti dulu."
"Kau yang berbuat kesalahan pada Leah, mengapa harus aku yang menanggungnya?"
"Karena hanya kau yang dia harapkan, Xeron. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi Ayah yang baik, tapi dia tidak pernah merasa bahagia berada di dekatku. Leah masih membenciku. Dan sekarang, saat aku tahu dia harus menjalani hidup yang berat karena kondisinya yang akan cacat seumur hidup, apa yang bisa aku lakukan selain mengharapkan bantuan darimu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomantizmKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...