Epilogue

3.4K 175 71
                                    

"Happy Birthday Veronica!"

Suara teriakan dari orang-orang yang dia cintai luar biasa mengejutkan. Kedua telapak tangan Xeron yang semula menutupi mata Veronica perlahan-lahan turun. Veronica membekap mulutnya sendiri saat menyadari rumahnya sudah di sulap seperti taman bermain anak-anak yang penuh dengan balon warna hitam putih.

Dokter Alicia membawakan kue dengan lilin angka dua puluh dua di tangannya. Di belakangnya ada Ibu Xeron, Amanda, Zac, Joe, Jane, Lana dan teman-teman selebriti yang ikut memeriahkan suprise ulang tahunnya pada malam hari ini.

Veronica melirik Xeron dengan senyum mengembang, "Kau yang menyiapkan kejutan ini?"

Xeron mengangguk, "Kau menyukainya?"

"Suka!" Veronica mengalungkan tangannya di balik leher Xeron dan menarik tengkuknya mendekat untuk mendaratkan sebuah kecupan di atas bibir. "Terima kasih, Suami Terbaikku."

"Ayo tiup lilinnya." Kata Dokter Alicia yang kini sudah berdiri di depan Veronica. "Eits, jangan lupa make a wish!"

Veronica memejamkan mata di depan lilin angka dua puluh dua dengan kedua tangan terkepal di depan dadanya.

Doa Veronica tidak muluk-muluk. Dia berharap kebahagiaan yang dia rasakan saat ini tidak bersifat sementara. Dia ingin selama seperti ini, di kelilingi oleh-oleh orang yang mencintainya dengan tulus, orang-orang yang selalu memberinya dukungan dalam situasi apapun. Dia juga berharap kehidupan rumah tangganya bersama Xeron dijauhkan dari berbagai permasalahan. Dan, doa terbesarnya adalah....semoga Tuhan memberikannya kesempatan untuk menjadi seorang Ibu lagi dalam waktu dekat.

"Kenapa lama sekali? Jangan bilang kau menyebut satu persatu wish listmu sejak umur dua puluh satu. Ck. Kebiasaan." Celetuk Amanda tiba-tiba. "Cepat! Lilinya mencair, Vero!"

"Ih, dasar perusak suasana!" Sahut Veronica dimana membuat orang-orang terkekeh melihat persahabatan absurd Veronica dan Amanda.

Setelah itu Veronica pun meniup lilin ulang tahunnya dan berharap doa-doa di hari spesialnya akan dikabulkan oleh Tuhan pada pergantian usianya.

Selanjutnya axara BBQ diadakan di halaman belakang rumah. Semua perlengkapan, bahan-bahan dan juga peralatan ternyata sudah disiapkan. Veronica sampai mengaga tidak percaya karena dia tidak pernah berekspetasi sejauh ini. Veronica pikir Xeron akan membawanya pergi dinner ke restoran mewah. Tapi ternyata Xeron mengetahui bahwa kebersamaan bersama orang-orang terkasih justru lebih membahagiakan Veronica. Xeron memang selalu mengerti apa yang dia inginkan. Betapa beruntungnya ia.

"Suamimu dan calon suamiku sudah akur." Amanda menyenggol bahu Veronica.

Tatapan Veronica langsung tertuju pada Xeron dan Zac yang sedang berbincang sembari memanggang daging. Sesekali keduanya melempar tawa, entah apa yang mereka berdua sedang bicarakan. Veronica senang, Xeron sudah tidak menganggap Zac sebagai seorang saingan lagi. Keduanya menjadi lebih dekat setelah acara pertunangan Zac dan Amanda dua minggu yang lalu.

"Well, aku jadi takut menikah, padahal aku yang mengejar-ngejar Zac agar menikahiku dalam waktu dekat. Entahlah sekarang aku sudah semakin realistis dan aku pikir pernikahan itu tidak seindah apa yang aku bayangkan sebelumnya."

"Pernikahan tidak akan menyeramkan jika kau jatuh di tangan orang yang tepat. Sepertiku...Ya, dulu aku memang tidak pernah menginginkan pernikahan namun terpaksa harus menikahi Xeron karena namanya ada di surat wasiat Ayah. Kehidupan rumah tanggaku dan Xeron juga jauh dari kata baik-baik saja. Kau sendiri tahu permasalahan sebesar apa yang kami hadapi. Tapi Xeron tidak pernah menyerah memperjuangku, tidak pernah menyerah untuk menjadi orang yang lebih baik lagi setiap harinya untuk membuat aku merasa nyaman. Aku jatuh di tangan orang yang tepat dan pernikahan justru membuat aku merasa lebih bahagia."

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang