"Seberapa besar peran seorang Ayah untuk psikologi anak?"
"Sangat besar. Ayah yang berperan baik bisa meningkatkan tumbuh kembang anak. Dia penentu kecerdasan, motorik dan yang paling utama adalah emosi anak."
"Lalu bagaimana dampaknya jika anak itu tidak akan selalu mendapatkan peran Ayah setiap harinya?"
"Dampaknya tidak akan terlihat ketika dia masih kecil. Mungkin dia hanya akan merasa kesepian karena melihat teman-temannya bisa bermain dengan Sang Ayah. Tapi, dampak yang sangat jelas akan terasa ketika anak itu menginjak remaja. Dia bisa menjadi sosok emosional dan mengalami beberapa gangguan prilaku." Dokter Alicia yang baru menyadari kemana arah pembicaraan ini berlangsung pun memicing kepada Veronica. "Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Hanya untuk bahan pertimbangan."
"Kau dan Xeron baik-baik saja 'kan?"
Veronica menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut, "Keadaan baik-baik saja tidak akan pernah berlangsung lama untuk kami."
"Ada yang ingin kau ceritakan pada Mama?" Tanya Dokter Alicia sembari menghusap pundak Veronica. Seharusnya dia mencurigai mengapa Putrinya tiba-tiba datang ke rumah sepagi ini dengan wajah tidak secerah biasanya.
"Aku sedang berada di fase lelah menjadi Istri seorang Xeron Alexander. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menghakimi masa lalu Xeron. Setiap orang pernah melakukan kesalahan dan berhak untuk diampuni, aku tahu. Tapi, aku juga tidak bisa terus-terusan menjadi kuat hidup di bawah bayang-bayang masa lalu Xeron yang tidak akan pernah berakhir sampai kapan pun. Leah akan selalu ada di hidup Xeron. Dan, segala hal yang pernah dia lakukan untuk Xeron akan selalu menjadi tolak ukur perbuatanku. Aku tidak akan pernah menjadi diriku sendiri. Setiap hari aku akan selalu berpikir, apa lagi yang harus aku lakukan sekarang agar Xeron bisa percaya bahwa aku mencintainya lebih dari Leah."
Veronica menghusap keras wajahnya menggunakan kedua telapak tangan. Mendengus kesal.
"Mungkin aku kedengaran sangat egois, orang normal sepertiku membandingkan diri dengan Leah yang jelas-jelas terbukti sakit. Aku tahu dia butuh dukungan, perhatian, perlindungan dari orang-orang di sekelilingnya. Tapi, aku juga butuh pembelaan. Keluarga Xeron—terutama Ayahnya—melampiaskan kesakitkan Putrinya padaku dan calon anakku yang sama sekali tidak tahu apa-apa. Aku pikir keluarga Xeron memang tidak pernah menginginkan kami. Yang mereka inginkan adalah kehadiran Xeron untuk menyembuhkan Leah seperti dulu."
"Saat Xeron justru ikut-ikutan menyudutkanku dan menbanding-bandingkan apa yang aku perbuat dengan apa yang pernah Leah perbuat padanya dulu, dimana lagi aku mencari pembelaan? Siapa lagi yang harus ku jadikan tameng untuk melindungi kami?"
Sebelum isak tangis Veronica terdengar, Dokter Alicia lebih dulu menariknya ke dalam pelukan. Kesakitan yang dialami Putrinya seolah menjalar padanya. Ikut membuatnya menangis.
"Kau punya Mama, sayang." Dokter Alicia menghusap puncak kepala Veronica untuk menenangkannya. "Maaf jika selama ini kau merasa Mama kurang mengerti perasaanmu dan terus-terusan memaksamu untuk menjadi sosok yang kuat dan berlapang dada. Sekarang apapun keputusan yang ingin kau ambil, Mama akan selalu mendukung dan membelamu sampai kapan pun."
"Mama akan selalu berada dipihakku 'kan?"
Dokter Alicia mengangguk lantas menghusap perut besar Veronica, "Mama akan melakukan apapun untuk kebaikan Putri dan Cucu Mama. Mama akan selalu berada di pihak kalian."
***
Joe menyenggol lengan Xeron saat pria itu melamun sedari tadi, sedangkan klien bisnis sudah menunggu jawaban atas pertanyaan yang baru saja dia ucapkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomansaKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...