Chapter 70

1.5K 172 88
                                        

"Apakah kau kehujanan?"

Dokter Alicia langsung berbondong-bondong menghampiri Veronica yang datang dalam keadaan setengah basah. Belakangan ini tiap malam hujan memang rutin mengguyur Kota. Cuaca sedang tidak baik dan bisa membuat siapapun mudah sakit.

"Sedikit. Amanda tidak membawa payung di mobilnya, jadi aku langsung saja menerobos hingga sampai teras rumah Mama."

Indera penciuman Veronica seketika menajam saat mencium aroma rempah-rempah dari arah dapur rumah Dokter Alicia. "Mama, sudah mulai memasak? Katanya menungguku sampai datang baru akan mulai memasak."

"Kasihan Anak Mama, pasti lelah sehabis pulang syuting." Dokter Alicia menghusap rambut Veronica yang basah. "Lebih baik kau ganti pakaian dulu. Jangan sampai sakit."

Veronica pun masuk ke kamar Dokter Alicia dan mulai memilah pakaian di dalam lemari. Kamar ini sudah menjadi kamar keduanya. Dia bahkan tidak perlu sungkan untuk meminta ijin lagi.

Usai berganti pakaian menggunakan kaus tanpa lengan yang hanya menutupi sebagian perutnya, Veronica pun membuka isi tasnya untuk mengambil ponsel. Seharian ini dia mengabaikan pesan ataupun telepon dari Xeron. Sengaja.

Meetingku sudah selesai.

Kau dimana?

Sedang sibuk atau sengaja hanya membaca pesanku?

Teleponku juga tidak diangkat.

Sayang balas😭

Pesan yang terus masuk—yang terus membuat ponselnya berdenting—membuat sudut bibir Veronica tertarik. Dia tidak benar-benar marah pada Xeron karena Leah, dia hanya mencoba menghilangkan sedikit kekesalannya karena kebiasaan Xeron yang tidak pernah meminta ijin lebih dulu untuk melakukan hal-hal penting. Veronica hanya mencoba memberinya sedikit pelajaran agar Xeron merasa kapok.

"Loh, Ibu ada disini juga." Kala Veronica keluar dari kamar, dia cukup terkejut saat melihat kehadiran Ibu mertuanya di tengah dapur. Veronica buru-buru memeluknya. "Aku merindukan Ibu."

"Ibu juga merindukanmu." Ibu membelas pelukannya. "Ternyata ada banyak hal yang Ibu lewatkan belakangan ini. Maaf, jika Ibu terkesan tidak peduli padamu."

"Tidak, Ibu. Aku tidak pernah berpikir seperti itu."

"Ibu senang akhirnya kau bisa bertemu dengan Ibu kandungmu." Ibu melirik Dokter Alicia dimana membuat wanita itu menghentikan kegiatan memotong wortel. "Aku juga turut berbahagia karena kau tidak akan larut dalam kesedihan akibat rasa kehilangan. Astaga lihatlah, Alicia. Putrimu sungguh cantik. Dia luar biasa."

"Robbie merawatnya dengan sangat baik. Seperti janjinya dahulu. Seandainya aku diberi satu kesempatan untuk bertemu lagi dengannya dan meminta maaf atas semua—"

"Mama." Veronica menyentuh pundak Dokter Alicia. "Tidak ada lagi yang perlu disesali. Kita sudah berbahagia."

"Veronica benar, Alicia. Malam ini dan seterusnya kita harus berbahagia."

Tiga wanita itu lantas melanjutkan pekerjaan dapur. Banyak menu makanan Eropa yang Dokter Alicia siapkan. Terlalu banyak berbelanja bahkan membuat kulkasnya penuh hingga Veronica bersikeras untuk bisa membuat benda itu tertutup dengan rapat.

"Nah, itu pasti mereka." Kata Ibu saat mendengar suara bel dari pintu utama. "Biar aku yang membuka pintu."

Veronica pun membantu Dokter Alicia membawa satu persatu piring makanan menuju meja makan. Aroma parfum menyengat dan sangat dia kenali tentu saja membuat dia tahu siapa tamu yang hadir tanpa harus menoleh. Xeron. Sial, bagaimana mungkin dia tidak bepikir jika makanan sebanyak ini tidak akan disantap hanya untuk tiga orang?

Happier Than EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang