"Xeron, ini aku Leah. Aku tahu kau pasti tidak menyimpan nomer ponselku setelah berulang kali memblokirnya. Tapi kali ini tolong jangan dimatikan dulu, aku butuh pertolonganmu."
Suara Leah masih sama lembutnya namun sedikit bergetar seperti sedang menahan ketakutan. Veronica sengaja memilih diam. Dia terlanjur penasaran jadi biarkan saja Leah berpikir jika Xeron lah yang sedang mendengarkannya.
"Aku menyesal tidak mendengar nasihatmu saat di rumah sakit. Seharusnya aku memang tidak perlu terlalu dekat dengan Ben. Dia sudah diperbolehkan untuk pulang dan aku mengantarnya. Tapi dia memukulku saat aku melarangnya untuk minum alkohol karena dia masih harus rutin meminum obat dokter. Dia marah dan berkata aku terlalu mengatur, padahal aku memiliki niat baik."
Veronica masih diam. Kupingnya semakin tajam untuk menyimak. Drama apa lagi sekarang?
"Aku tidak mungkin pulang dengan memar di wajahku dan penampilan acak-acakam begini. Ayah pasti akan marah jika melihat aku pulang dalam keadaan seperti ini. Sekarang aku sedang berada di basement apartemenmu, bisa kah kau mencariku kemari? Tolong, kali ini saja, Xeron. Aku benar-benar membutuhkanmu untuk ada di sampingku."
"Kenapa harus Xeron?" Celetuk Veronica. Dia sudah tidak tahan untuk diam lebih lama lagi.
"Veronica?"
"Kau yang melakukan sebuah tindakan yang membahayakan diriku sendiri tapi mengapa harus suamiku yang bertanggung jawab?"
"Karena dia saudaraku." Suara Leah menegas.
Veronica terkekeh pelan, "Saudara?"
"Ya, kami bersaudara. Dia bagian dari hidupku. Sampai mati pun kau tidak bisa memutuskan ikatan kami sekalipun kau adalah Istrinya. Jadi dimana Xeron sekarang? Aku ingin bicara dengannya."
"Xeron baru pulang bekerja. Dia kelelahan dan aku tidak akan membiarkannya semakin merasa lelah dengan mengurusimu."
"Xeron tidak pernah merasa lelah jika alasannya adalah aku. Tolong berikan padanya, aku ingin bicara."
"Bagaimana jika aku tidak mau?"
"Jangan membuatku melakukan hal nekat, Veronica. Tolong berikan pada Xeron."
Tanpa disadari cengkraman tangan Veronica pada ponsel semakin menguat. Bukan kah Leah baru saja mencoba untuk mengancam? Hanya dengan adu mulut melalui telepon, emosi Veronica sudah akan meledak seperti ingin meninju mulut seseorang di seberang sana. Sialan.
"Sayang."
Pintu kamar mandi terbuka dan Veronica buru-buru menutup telepon sebelum Xeron menyadari jika dia baru saja berbuat lancang terhadap privasi ponselnya.
Xeron keluar menggunakan celana panjang. Masih bertelanjang dada. Sambil mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil. Wangi tubuhnya strawberry. Sangat menggiurkan. Veronica bahkan dibuat tidak ingin berkedip.
Pendingin ruangan masih berfungsi kan? Mengapa tiba-tiba tubuhnya jadi gerah begini?
Veronica bertopang dagu lebih lama, memperhatikan Xeron dalam diam saat sedang menyisir rambut. Otot-otot punggung dan lengannya menjadi lebih besar. Lantas pria itu memutar tubuhnya hingga Veronica harus melempar pandangan keluar jendela agar tidak tertangkap basah sedang menikmati tubuh indah itu.
"Jadi ku pijat?"
Veronica menganggukan kepala kemudian menepuk sisi kosong di sebelahnya. "Sini."
Xeron duduk di sebelahnya. Menyentuh kedua pundak Veronica dan mulai melakukan pijatan kecil disana. Tapi Veronica menahan kedua tangan Xeron sehingga pria itu mengernyit bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier Than Ever
RomanceKisah tentang kehidupan yang bermusim, tak selalu hangat, terkadang badai juga datang. Berputar bagaikan roda, tak terus menerus di atas, sewaktu-waktu juga akan jatuh ke bawah. Begitulah Veronica Estella mendeskripsikan kehidupannya. Setelah Ayahny...