.----/....-

3K 547 35
                                    

“HABIS dari mana, lo?” tanya Aletta ketika mendapati Adara yang berusaja datang. Ketika dia bangun tadi, Adara sudah tidak ada di rumah. Dan sekarang pulang pada pukul sepuluh siang.

Tetapi Aletta tidak bisa pulang karena pintu dikunci dari luar. Sialan, memang.

Adara tidak menjawab, gadis itu mengambil botol air mineral dingin dari kulkas kemudian meneguknya. “Ada urusan.”

Aletta mendengkus. “Ngapain lo kunci gue di rumah? Sialan emang lo!” umpatnya.

Adara tidak peduli, dia malah berjalan mengambil bahan-bahan makanan. “Udah makan belum, lo?”

“Belum, lah!” balas Aletta ketus. Dia sudah tidak tahan lagi berurusan dengan Adara. “Gue balik—”

“Jangan. Makan dulu. Gue mau masak.”

"Lo bisa masak?"

Adara tampak memutar bola mata. Pertanyaan itu terasa konyol untuknya.

Selang beberapa menit, Adara selesai memasak. Gadis itu memasak ayam goreng ternyata. Setelahnya, dia membawa masakannya ke meja makan.

Aletta masih diam, sedari tadi dia memperhatikan Adara yang sibuk memasak. Dia tidak menyangkal kalau dirinya takjub, Adara itu mandiri.

Adara mengambil dua piring juga dua gelas, kemudian mengambil nasi untuknya. “Nasi buat lo, ambil sendiri.”

“Kapan lo ... masak nas—”

“Waktu lo masih ada di dalam mimpi.” Adara mendegus, dia memilih untuk mulai makan. Entah disebut makan pagi atau makan siang, karena sekarang pukul 10:22 tetapi belum makan dari pagi.

Aletta menurut, dia juga lapar. Walau masih banyak pertanyaan yang hinggap di kepalanya, dia berusaha menghempas jauh-jauh. Gadis itu mengambil nasi pada rice chooker, kemudian duduk di hadapan Adara.

Mulai memakan.

Enak. Tapi terasa ada yang kurang.

Adara mendonggak. “Gak pake micin,” ucapnya seolah menjawab pertanyaan Aletta.

Aletta ber-oh saja, dan melanjutkan makannya.

Hening.

Hingga Adara menyelesaikan makannya, dan mencuci piring.

Aletta semakin takjub dengan sosok di hadapannya.

“Habisin makannya, gue anterin lo pulang.”

“Hah?”

“Bokap lo gak bakal percaya, soalnya publik gak tau kalau gue itu putri tunggal Hugo Sanjaya.” Adara menyimpan piring dan meneguk segelas air.

Aletta menyelesaikan makannya. “Jadi lo beneran anak Pak Hugo?”

“Menurut lo?”

Aletta tidak menjawab, gadis itu memilih untuk menyimpan piring itu di wastafel. Jujur saja dia belum pernah mencuci piring. “Gue—”

“Cuci piringnya! Manja banget hidup lo.”

¤¤¤

Ujian Tengah Semester dilaksanakan tepat pukul 07.15 dan sekarang waktu telah menunjukan pukul 07.10.

Perkara Adara dan Aletta, dua gadis itu seolah tidak terjadi apa-apa. Mereka bahkan tidak saling menyapa, sama seperti biasanya.

Tetapi seorang laki-laki yang diketahui bernama Meteor tampak gelisah, karena Arabela belum juga memperlihatkan batang hidungnya.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang