-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas-
"99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan."
-Adara Mahaputri
Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...
PELUANG adalah besarnya probabilitas atau kemungkinan berlangsungnya suatu kejadian. Adapun konsep dasar peluang meliputi ruang sampel dan titik sampel.
1. Ruang Sampel Ruang sampel adalah himpunan semua kemungkinan hasil yang didapatkan dari suatu percobaan. Ruang sampel biasa dinyatakan sebagai S. Contohnya, ruang sampel dari dadu adalah angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
2. Titik Sampel Titik sampel adalah bagian dari ruang sampel. Contohnya adalah saat kamu melemparkan satu buah dadu, salah satu kemungkinan angka yang akan keluar adalah 4.
Perhatikan contoh soal berikut.
Dari seperangkat kartu bridge, akan diambil satu kartu secara acak. Tentukan ruang sampel percobaan tersebut!
Pembahasan: Dalam seperangkat kartu bridge, ada 4 jenis kartu, yaitu hati, sekop, wajik, dan keriting. Masing-masing kartu terdiri atas 13 kartu, yaitu As sampai King.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan demikian, ruang sampelnya adalah 4 × 13 = 52 kartu.
Sumber: https://www.quipper.com
Muthia mengerjap. Gadis berhijab itu sama sekali tidak memahami apa yang telah dia baca. Padahal sedari tadi Muthia sudah membaca berkali-kali dan menghabiskan waktu kurang-lebih satu jam.
Muthia merasa, bahwa dirinya bodoh. Gadis itu mengusap wajahnya, frustrasi. Dia melirik jam dinding dan ternyata sudah menunjukkan pukul empat sore.
“Ih, kalau Muthi gak lanjut belajar nanti keberlangsungan sekolah Muthi terancam. Tapi kalau Muthi belajar terus gak kerja, nanti Muthi gak bisa makan dong?” monolognya.
Gadis itu kebingungan, memilih belajar supaya bertahan di Royal Class atau kerja.
Muthia mengangkat sepuluh jari tangannya, lalu mulai menghitung. “Belajar, kerja, belajar, kerja, belajar, kerja, belajar, kerja, belajar, kerja?”
Gadis berhijab itu menatap tangannya. “Kerja? Hmm, oke deh.”
Setelahnya, Muthia bersiap-siap untuk berangkat kerja. Selama ini, dia kerja paruh waktu menjadi pelayan kafe. Kafe Laksana namanya.
Jika dulu dia masih dibantu oleh neneknya, maka sekarang tidak. Muthia harus benar-benar bekerja keras untuk hidupnya sendiri, untuk bertahan melawan kerasnya kehidupan di ibu kota.
Juga bertahan melawan murid jenius di Blue High School.
