---../....-

2.2K 446 111
                                    

MELANGKAHKAN kaki bersamaan, menelusuri koridor Black High School. Mereka, berjalan beriringan dengan begitu cool tanpa pembicaraan apa pun. Hanya mata yang memandang sekitar, menikmati suasana baru.

Sebenarnya An sempat membuka pembicaraan dengan Dinda, namun gadis itu menjawab, “Jangan dulu bahas soal itu, please.”

Ya, karena yang akan An bahas perkara postingan di website Blue High School. Tentu saja Dinda menolak, karena itu bukan pembicaraan biasa yang bisa dibicarakan di tempat umum seperti ini.

Antonio Alexander, pria itu menyambut tamu undangan dari Blue High School dengan senyum tipis yang tercetak di wajahnya. Pria itu menjamu dengan sapaan hangat dan mempersilakan Bramasta, Vico, Hugo, dan Garneo untuk masuk ke ruang kepala sekolah. Sedangkan murid Royal Class ditemani oleh beberapa anggota OSIS.

Beberapa anggota OSIS itu mengajak murid Royal Class berkeliling seraya menceritakan banyak hal. Sedari tadi murid Royal Class menjadi pusat perhatian setiap murid yang berada di koridor, bahkan ada yang sengaja menyempatkan diri untuk melihat kedatangan mereka.

Anggota OSIS mengatakan jika, saat ini Black High School sedang melaksanakan acara hiburan yang digelar pertama kalinya. Ini adalah sistem baru Antonio, supaya murid tidak terlalu frustrasi bahkan depresi. Mereka juga mengatakan bahwa semenjak pergantian kepala sekolah, Black High School banyak mendapat perubahan. Terlebih pria itu menyemangati murid yang nyaris putus asa.

Murid Royal Class termangu. Ternyata Antonio Alexander tidak seburuk itu.

Setelah berkeliling, anggota OSIS tadi mengajak mereka untuk menonton acara hiburan di lapangan utama sekolah tersebut. Katanya, butuh healing.

“Woy!” seru seorang laki-laki berseragam Black High School. Dia berhasil mengagetkan Rigel dari belakang.

Mengerjap, setelah Rigel membalikkan tubuhnya. Rigel tersenyum lebar ketika netranya mendapati Deo dan Roni, dan bergerak untuk merangkul dua laki-laki itu.

Ingat siapa keduanya? Murid buangan Blue High School yang menjadi teman pertama ketika Rigel bersekolah di sekolah tersebut.

“Apa kabar, pren?” sapa Rigel.

Deo malah mengerucutkan bibirnya, niatnya supaya imut tetapi malah terkesan jijik. “Kalau fisik baik, Gel,” jawabnya.

Roni mendengkus. “Lo udah masuk Royal Class jadi lupa sama kita, ya?”

“Dih, kagak ya!” bantah Rigel.

Deo mendelik. “Ah masa?” godanya.

Rigel malah tersenyum konyol. Setelahnya mereka tertawa dan membicarakan hal random. Bercanda, bercengkrama, kemudian mengukir kenangan.

Di sisi lain, Aletta mendapati seorang gadis berseragam Black High School menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Tangan gadis itu terkepal kuat, tatapannya nyalang seolah begitu dendam.

Aletta menggertakkan giginya. Sedikit banyak Aletta mengenali gadis itu.

Baru saja hendak menghampiri, gadis tadi malah melesat pergi. Aletta memutuskan untuk mengejar, tetapi sebelumnya gitaris itu menarik tangan Arabela supaya ikut dengannya.

“Al, mau ke mana tarik-tarik aku gini?” tanya Arabela saraya melangkah mengikuti Aletta.

“Ngejar orang,” sahut Aletta, gadis itu semakin mempercepat langkahnya.

Tatapan Arabela kini tertuju pada seorang gadis yang tengah berlari di depan sana. Arabela memicingkan matanya, berusaha untuk mengenali siapa gadis itu.

“Bukannya itu—”

“Iya, Bel. Ayo!” sela Aletta, langkahnya berbelok ke arah kanan sesuai gadis tadi.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang