Bagaimana, rindu?
¤¤¤
JIKA menurut paribasa Sunda, asa bucat bisul. Di mana paribasa tersebut merupakan ungkapan lega setelah melewati sesuatu yang berat.
Begitu pun dengan murid Royal Class.
02. XII I |970
Zevan refleks memeluk An, Rigel memeluk pinggang Aletta namun langsung didorong oleh gadis itu, Meteor refleks berdiri, Vano langsung menghembuskan napas lega, bersorak kegirangan, juga Arabela dan Muthia yang menitikan air mata karena haru. Padahal sang juara belum diumumkan.
Jika kelas XII I berada di urutan nomor dua, maka dipastikan Royal Class berada di urutan nomor satu!
Pak Vico tertawa renyah, pria itu langsung memanggil perwakilan Royal Class setelah tabel yang terlihat pada monitor terlihat jelas semuanya.
01. Royal Class |989
“Siapa yang maju?” tanya Rigel. Mereka malah saling pandang.
“Ad—”
“Zevan aja,” sela Adara. Dia mendorong Zevan pelan, mengisyaratkan jika Adara benar-benar tidak mau mewakilkan Royal Class untuk menerima penghargaan.
Alasannya, karena Hugo Sanjaya yang akan memberi penghargaan itu.
Zevan mengangguk. Laki-laki yang mendapat gelar prince charming Blue High School itu maju, berdiri di samping Pak Vico. Saat itu juga, sorak-sorai dari kelas lain yang menjadi penggemar Zevan terdengar.
Mereka memang kecewa karena tidak mendapatkan juara, namun mereka segera menepis rasa itu dengan berteriak—entah karena benar-benar kagum dengan Zevan atau berteriak sebagai penghapus rasa sesak yang menghantam dada.
Hugo Sanjaya ikut maju disertai senyum ramahnya—senyum yang selalu Adara anggap sebagai pencitraan. Sang tokoh pendidikan itu melambaikan tangan, membuat sorak-sorai semakin bersahutan.
Hugo mengambil piala emas yang semula dipegang oleh Wildan. Tersenyum, saling menjabat tangan, dan memberikan piala tersebut kepada Zevan. Tentu saja mereka tidak melewatkan sesi dokumentasi.
“Selamat atas pencapaian kelasmu, Nak,” ucapnya sambil menepuk pundak Zevan sekali.
Zevan mengangguk hormat. “Terima kasih, Pak.”
¤¤¤
Foto bersama dengan iala kebanggaan, guna untuk membuat menjadikan foto tersebut sebagai kenangan. Setelahnya, mereka kembali ke ruang Royal Class.
“LEGA BANGET GUE!” sorak An sambil melompat-lompat. Semangat untuk menuju ruang Royal Class dan menyimpan piala tersebut di atas lemari, dijadikan sejarah Royal Class angkatan 32.
Zevan yang sedang merangkul An mengangguk bangga. Sedangkan Rigel, dia malah mengacung-acungkan piala.
“Jangan ceroboh, nanti jatuh,” tegur Aletta.
Rigel nyengir, dan bergerak seolah memeluk piala tersebut dan melindunginya. Hal tersebut membuat Aletta memutar bola mata.
Murid Royal Class berbahagia, karena pencapaian yang telah mereka raih. Namun mereka, murid Royal Class, tidak menyadari jika Adara saat ini memisahkan diri. Mengambil arah yang berbeda ketika pertigaan jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
99,99
Teen Fiction-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas- "99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan." -Adara Mahaputri Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...