-..../-....

2.2K 448 66
                                    

“AKU capek, Ayah!” Adara sudah tidak bisa lagi mengendalikan amarahnya. Karena Hugo Sanjaya benar-benar memancing amarah Adara. “If you love me, go now! Don't come here again!”

Tidak pergi, Hugo justru tersenyum, senyum yang entah memiliki arti apa. “Jangan gini terus. Try to make peace with the past, Ara,” ucapnya. Tatapan pria itu begitu teduh, sintingnya Adara tidak pernah luluh.

Adara mendonggak, berusaha untuk tidak menjatuhkan air mata yang telah terbendung. Gadis itu terkekeh pelan seraya berucap, “Ayah nasehatin diri sendiri?”

Hugo mengantupkan mulutnya. Sedangkan Adara menarik ujung bibirnya, menciptakan senyum masam. “Minta orang lain untuk berdamai, tapi Ayah sendiri gak pernah mencoba untuk damai. No self-awareness,” sinisnya.

“Ayah sudah memaafkan semuanya, Ra. Bahkan Ayah tidak pernah menaruh dendam pada orang-orang yang—”

“Memaafkan?” Adara tertawa konyol. “Apa definisi maaf menurut Ayah, hm?”

Adara mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar dengan tatapan yang dipenuhi pancaran intimidasi. “Dengan memasukan orang ke daftar blacklist, itu yang Ayah bilang sudah memaafkan mereka? IYA?!”

“Umar Bin Khattab pernah berpesan, ‘jauhilah semua hal dan semua orang yang menyakitimu’.” Itu yang diucapkan oleh Hugo.

Adara mendengkus. “Berarti Aku gak salah, kalau aku jauhin Ayah. Because you're the one who hurt me.

Hugo tersenyum masam, pria itu berusaha untuk meraih pundak Adara, namun Adara terus menghindar dan malah berucap, “Bajingan!”

Plak!

Bibir Adara bergetar ketika, Hugo tiba-tiba menampar pipinya. Detik itu juga air mata gadis itu membasahi pipinya, dan menatap Hugo nyalang.

“Setelah luka batin yang Ayah kasih untuk aku, Ayah mau kasih luka fisik juga?” desisnya.

Hugo mundur beberapa langkah. Ini diluar kendali, karena pria itu tidak ada niatan untuk menampar putri kesayangannya.

Adara menarik tangan Hugo hingga berada di luar rumah. Setelahnya, Adara membanting pintu dengan sangat keras. “JANGAN KE SINI LAGI, AKU-GAK-BUTUH-AYAH!”

Ada terlalu banyak cerita yang sulit dimengerti oleh orang lain. Termasuk cerita tentang hati.

Tubuh gadis itu luruh ke lantai, dengan punggung yang menyandar pada pintu. Berakhir, Adara menangis sejadi-jadinya.

Aku cuma berusaha untuk bertahan, sampai Ayah mau minta maaf.

Hugo tersenyum, lalu duduk di samping Adara. “Yasudah, Ayah minta maaf.”

Adara berdecak. “Gak ikhlas. Ayah minta maaf karena lagi butuh aku, 'kan?”

“Ara ... gak gitu.” Hugo sudah kehabisan cara untuk menyikapi putri tuggalnya ini.

Adara tidak menyahut. Suasana menjadi hening sejenak sebelum akhirnya Hugo kembali berbicara. “Ayah mau kamu jadi penerus Ayah—”

“Nahkan, ada maunya.”

“Bukan begitu. Kamu lupa kalau Ibu kamu pernah berpesan supaya kamu nurut—”

“Beda lagi konsepnya. Dan kalau Ibu masih ada, Ibu pasti marah besar karena Ayah ngehapus sains dari program Sanjaya Group.”

“Justru itu, harusnya kamu mau bergabung. Ayah tidak pandai—”

“Iya, bodoh.”

Hugo mengulum bibirnya seraya mengatur napas, berusaha mengendalikan emosi. Adara benar-benar seperti istrinya, keras kepala.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang