REGU Royal Class sudah menghidangkan masakan mereka kepada tiga juri—Bu Sunny salah satunya. Juri tidak hanya bertugas untuk mencicipi dan mengomentari, namun juga mewawancarai.
Nasi kuning berbentuk love beralaskan daun selada hijau itu, dikelilingi oleh tomat berbentuk memanjang seperti pita berwarna orange. Kemudian nasi tersebut dikelilingi oleh berbagai macam makanan mulai dari ayam goreng, tumis kangkung, sambal yang dimasukan pada wadah kecil berbentuk lingkaran, karedok, hingga tempe goreng.
Di atas nasi berbentuk love tersebut, di sebelah kiri bagian atas, disimpanlah buah tomat yang dibentuk bunga dengan cabai hijau sebagai daun. Lalu di atas nasi yang masih polos itu, ditaburkan bawang goreng.
Tidak lupa minuman, mereka menyiapkan juice wortel dan air mineral. Di atas juice wotel tersebut, pada gelas, Adara tidak segan untuk menyimpan wortel disertai daunnya.
Sederhana memang, namun memiliki nilai seni yang tinggi. Semuanya, seni memasak berasal dari kepala Adara yang terlalu liar.
Juri 1 yang diketahui adalah Bu Sunny menatap menampilan hidangan tersebut dari berbagai sisi. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya. “Mengapa kalian berpikir untuk membuat nasi kuning berbentuk love? Bukannya nasi ini biasa berbentuk kerucut?” Bu Sunny tampak berpikir. “Nasi ... tumpeng. Ya, itu namanya.”
Adara terkekeh, dia tersenyum tipis guna membuat ekspresi wajahnya tidak terlalu datar. “Love itu melambangkan cinta. Maka karya ini kami buat dengan penuh cinta. Bukannya, tidak salah ketika kita mencoba hal baru yang tidak terpikirkan oleh orang lain?” Mata Adara menyipit, menatap hidangan tersebut dan menggelengkan kepala. “Bosan sekali, melihat nasi kuning yang selalu berbentuk kerucut,” imbuhnya.
Vania, Muthia, maupun Arabela saling pandang. Mereka tidak menyangka jika Adara akan menjawab demikian.
Bu Sunny menggangguk singkat, lalu kembali bertanya, “Perpaduan warna antara kuning dengan orange kurang menarik. Mengapa kalian menambahkan tomat yang dipotong memanjang berwarna orange? Mengapa tidak memilih warna merah seperti tomat berbentuk bunga ini?” Tangan Bu Sunny bergerak menunjuk tomat berbentuk bunga tersebut.
Ah, tidak ada ilustrasi. Cobalah untuk membuat ilustrasi sendiri pada imajinasi kalian yang sangat luar biasa. Jika kalian mencoba dan benar-benar membayangkan, pasti berhasil. Walaupun, yah, kupastikan ilustrasi kalian sedikit berbeda.
“Sengaja, Bu. Ini namanya gradasi. Perpaduan antara kuning dan orange ini sangat menarik, apakah Ibu tidak menyadari perbedaan warna yang lumayan tipis? Jikapun hal tersebut memang sedikit mengganggu menurut Ibu, rupanya Ibu tidak perlu mempersalahkan tentang hal itu. Karena di sekeliling nasi, kami sudah memberikan perpaduan warna yang baik,” terang Vania panjang lebar.
Bu Sunny dibuat diam mendengarnya. Namun ini belum selesai, masih ada yang akan Bu Sunny tanyakan. “Mengapa kalian memilih jus wortel sebagai minumannya? Mengapa tidak memilih buah naga untuk membuat perpaduan warna yang lebih bagus?”
Giliran Arabela yang menjawab, “Bukan hanya warna, tapi kita mempedulikan tentang kesehatan. Juice wortel baik untuk kesehatan mata, dan rupanya Ibu sudah tahu akan hal itu.”
Wanita itu tersenyum dan mengangguk. “Lalu, mengapa kalian juga menyertakan daun wortel? Seharusnya cukup wortelnya saja.”
“Itu namanya seni.” Entah ke berapa kali Adara menjawab seni.
Bu Sunny diam sejenak, dan akhirnya berbicara, “Dipersilahkan lanjut kepada juri dua.”
Vania, Adara, Muthia, dan Arabela mengangguk sopan, setelahnya lanjut pada Juri 2 yang memang tidak satu meja dengan Juri 1, pun dengan Juri 3.
KAMU SEDANG MEMBACA
99,99
Teen Fiction-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas- "99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan." -Adara Mahaputri Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...