....-/-----

2.5K 482 27
                                    

SUDAH beberapa kali menguap, tentu saja karena mengantuk. Rigel telah menyelesaikan urusan alam di toilet beberapa menit lalu, dan sekarang ingin tidur.

Laki-laki itu berjalan menuju ruang Royal Class, kemudian langsung memasuki ruangan tersebut tanpa berniat menutup pintu.

Tiba-tiba, Adara yang sudah menutup matanya berdecak. Gadis itu beringsut duduk dan memberikan tatapan intimidasi pada Rigel yang kebingungan. Rigel merasa segar kembali karena mendapat tatapan itu dari Adara.

“K-kenapa, Ra?” tanyanya gelagapan.

“Lo pergi, atau gue yang pergi?” tanyanya langsung.

Aletta yang belum tertidur langsung menoleh pada Adara, begitupun An yang tidak bisa tidur karena lampu menyala.

“Kenapa harus pergi, Ra? Kan kita bisa tidur rame-rame di sini,” tutur Rigel tanpa tahu yang Adara maksud.

Gadis indigo itu tentu saja malas berada satu ruangan bersama Rigel. Jika itu terjadi, mungkin Adara akan terjaga sampai pagi karena terus diganggu oleh hantu.

Adara mendengkus. Dia mengambil hoodie miliknya yang semula tersimpan di dalam ransel, memakainya, kemudian berjalan keluar ruangan. “Bye,” pamitnya.

Mulut Rigel terbuka beberapa centi ketika Adara benar-benar keluar dan menutup kembali pintu ruang Royal Class. Adara sungguh tidak bermain-main dengan ucapannya!

Aletta mengedikkan bahu. “Biarin, dia suka tiba-tiba gak jelas.” Setelah mengatakan itu dia kembali menutup mata.

An menghembuskan napas, rupanya yang lain sudah tertidur pulas. Melirik jam dinding, sudah jam dua dini hari.

“Lampunya matiin, ya?” kata An. Ketika mendapat balasan berupa gumanan dari Aletta, An langsung menekan saklar dan ruang Royal Class menjadi gelap.

Gadis berambut sebahu itu memposisikan tubuhnya untuk tidur, lima menit setelahnya dia langsung bermain ke alam mimpi. Menyisakan Rigel, yang masih dilanda kebingungan karena Adara tiba-tiba pergi setelah dia datang.

¤¤¤

Tujuan Adara adalah kelas XII I. Hanya kelas itu yang menjadi tempat pulang jika Royal Class sudah tidak menerimanya—atau mungkin Adara yang sudah tidak mau berada di dalamnya.

Adara butuh tempat untuk beristirahat sejenak. Tubuhnya ingin rehat, tidak bisa terus dipaksakan untuk beraktifitas. Apalagi ketika mengingat jika di dalam tubuhnya—lupakan.

Adara menghembuskan napas panjang, dan memeluk tubuhnya sendiri, dingin. Selama berjalan di koridor, tidak ada murid yang berlalu lalang. Mungkin mereka memang sudah tertidur. Yang ada hanyalah, hantu yang seringkali menyapanya namun tidak mendapat balasan.

Adara berdecak, entah kenapa dia membutuhkan Kaisar untuk sekedar teman berbicara. Hantu itu, setelah acara jurit malam, tiba-tiba menghilang dari penglihatannya. Tiba-tiba tidak mengikuti dia lagi, padahal biasanya selalu mengikuti ke mana pun.

Eh, kok Adara rindu, ya? Jika Kaisar tahu, sudah pasti akan besar kepala.

Menatap pintu kelas XII I, tanpa ingin mengetuknya Adara langsung membuka pintu yang tidak terkunci itu.

Brak!

Tommy tiba-tiba terjatuh dari meja diikuti laptop yang ikut terjatuh menimpa tubuhnya. Si kembar yang langsung menoleh kepada Adara, Willy yang berhenti bicara dengan keadaan mulut terbuka, juga Jeon yang membuka mata sejenak untuk melihat siapa yang datang.

Adara mengedikkan bahu ringan dan kembali menutup pintu. “Mau nginep, di RC banyak hantu,” imbuhnya tanpa nada. Datar, seperti ekspresi wajahnya saat ini.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang