Aku tahu kalau kalian nunggu, jadi gak usah baca bacotan aku dulu.
Muehehe, love u. ♡
¤¤¤
ALETTANIA. Gitaris itu memainkan mouse, matanya fokus pada kumpulan soal dan berpikir tentang jawaban dari soal tersebut.
Baru saja akan menekan salah satu option, sebuah kertas yang diremas hingga berbentuk bola mendarat di samping tangan gadis itu. Aletta langsung mengedarkan pandangan, melihat sekeliling, semuanya fokus pada layar komputer. Tidak ada tanda-tanda orang yang melempar kertas tersebut.
Aletta memejamkan matanya sejenak. Dia tidak mau kehilangan fokus hanya karena kertas sialan yang mendarat di samping tangannya. Sehingga, Aletta memilih untuk kembali menjawab soal-soal yang masih tersisa setengah.
Aletta tidak mau mendapat amarah Garneo karena dirinya gagal untuk kesekian kali.
Namun sialnya, kertas yang (sepertinya) dilemparkan orang lain kembali mendarat di samping tangannya. Aletta heran, mengapa Bu Jane selaku pengawas dan pengawas yang lain tidak menyadari hal tersebut.
Mengedarkan pandangan, lagi. Kali ini Aletta berdecak dan melihat kertas yang diremas tersebut.
Ada satu kata di dalamnya. Dan saat itu juga tubuh Aletta seolah membeku. Pikirannya terasa buntu.
Pembunuh!
Tidak ada yang tahu jika, seseorang yang melemparkan kertas tersebut tidak berniat menguak tentang hal itu. Melainkan, membuat Aletta kehilangan fokus dan tidak mampu mengerjakan soal try out 4.
¤¤¤
“Al?” Ini adalah panggilan ke tiga kali yang diucapkan oleh Rigel untuk Aletta.
Kali ini gitaris itu mengerjap dan menoleh. “E-eh iya?”
“Mau ikut gak, ziarah ke makam bokap gue?”
Aletta menatap manik mata laki-laki di hadapannya, setelahnya gadis itu mengangguk. “Boleh.”
Aletta kalut dengan pikirannya sendiri. memikirkan tentang kertas sialan tadi yang nyaris membuatnya tidak bisa menyelesaikan soal yang tersisa, juga perkara ayah Rigel. Leonardo sudah meninggal?
Di sisi lain, An dan Zevan tertawa. Menertawakan lelucon yang dibuat atas dasar bahagia. An merasa, satu beban di pundaknya hilang. Sejak pagi hingga kini try out selesai, tidak ada tanda-tanda kehadiran Adara.
Itu artinya, Adara tidak akan berada di posisi satu. An yakin itu. Namun, jika hal itu terjadi maka—
An menghentikan tawanya, menatap Zevan dengan tatapan horror seolah Zevan pantas untuk diselidiki. “Kalau Adara gak datang, otomatis dia gak dapat peringkat satu. Dia keluar dari Royal Class dan secara bersamaan dibuang ke Black High—GILA!”
An membulatkan bola matanya, baru kali ini dia berpikir hingga ke sana. Sedangkan Zevan tiba-tiba tersedak ludahnya sendiri.
Jika berani tidak sekolah pada saat try out apalagi tanpa ada keterangan, itu artinya menyerahkan diri untuk dibuang ke Black High School.
Zevan menggeleng cepat. “Gak, gak mungkin An! Bodoh banget kalau Adara dibuang.”
An mengangguk setuju. Walaupun dia ingin Adara berada di peringkat yang lebih rendah darinya, An tidak pernah berharap hal buruk terjadi pada saudara tirinya itu. “Te-rus kalau gak dibuang berarti gimana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
99,99
Teen Fiction-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas- "99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan." -Adara Mahaputri Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...