ADA yang tahu tentang hati?
Ada yang bilang bahwa, hati bisa merubah kehidupan kita.
Yang dimaksud di sini bukan hati yang termasuk salah satu organ tubuh manusia. Bukan hati yang memiliki fungsi bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Bukan hati yang berfungsi menghancurkan racun di dalam darah, menghasilkan protein, hingga membantu proses pencernaan.
Namun ini adalah hati yang menjadi tempat memperoleh ilmu, iman, juga perasa. Hati yang bisa merasakan cinta, singkatnya begitu.
Pertanyaannya; bagaimana jika ada seseorang yang tidak memiliki hati?
Bukan, bukan organ hati dalam tubuh yang tidak ada. Tetapi, ini membahas tentang orang-orang yang tidak memiliki perasaan. Tentang orang-orang yang harus dipertanyakan; apakah dia masih punya hati?
Jika dia sepertinya terlalu jauh untuk bertanya. Coba tanyakan pada dirimu sendiri yang kini sedang membaca; apakah hati kamu masih berfungsi?
Jika masih, alhamdulillah.
Saat ini Vania Cassandra sedang menanyakan tentang hatinya; menanyakan tentang keadaan hatinya yang tidak merespon apapun ketika orang lain terluka di hadapan mata kepalanya sendiri.
Gadis itu mengacak rambutnya frustrasi. Gadis itu menatap pintu kamar yang tertutup dengan tatapan kosong. Raganya di sini, pikirannya kemana-mana.
“Emang lo punya hati?”
“Coba cek. Lo masih punya hati?”
Vania memejamkan matanya, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan hembusan napas kasar yang keluar dari mulutnya.
Ini tentang hati.
“Lo kenapa bertingkah bodoh, sih, Van? Jangan cuma mikirin diri lo sendiri!”
“Lo dengan seenaknya mencoba keluar dari Royal Class, dan sekarang lo tau apa yang terjadi?”
“Gue disalahin atas kesalahan yang gak gue perbuat, Van!”
“Disaat keinginan Papah terkabul karena gue masuk tiga besar, kenapa lo buat masalah baru, sih?”
“Gue gak jadi dapat kasih sayang karena mereka tau kalau lo nyaris keluar dari Royal Class! MEREKA SALAHIN GUE, KATANYA GAK BISA BIMBING LO! PADAHAL LO YANG SENGAJA NYALAHIN JAWABAN!”
“Hati lo gak ada respon ngerasa bersalah gitu, Van?”
“Gue kira, mereka gabakal nyalahin lo kalau gue keluar dari Royal Class.” Yang Vania tahu, orang tuanya tidak akan marah jika Vania keluar dari Royal Class. Asalkan tidak dipindahkan ke Black High School saja.
Namun mungkin, karena ini kali pertama Vania mencoba keluar dari Royal Class maka dirinya baru tahu jika itu respon yang diberikan Cassandra dan Vina.
“Maaf,” lirihnya.
Vania selalu bingung tentang segala perasaan. Vania bingung bagaimana mengungkapkan segala emosi. Karena yang selama ini Vania lakukan, entah mengapa selalu salah di mata Vano.
Ceklek.
Pintu tiba-tiba terbuka, membuat Vania langsung menoleh. Ada Vano yang berdiri di ambang pintu.
Vania beringsut duduk. “Kak—”
Entah apa yang terjadi, Vania tidak tahu. Yang jelas, dia merasakan ditarik pada dekapan sang kakak.
¤¤¤
Masih di waktu yang sama, malam setelah pengumuman peringkat UTS Blue High School.
KAMU SEDANG MEMBACA
99,99
Teen Fiction-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas- "99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan." -Adara Mahaputri Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...