-..../--...

2.2K 484 39
                                    

Hai. Aku akan senang jika kamu mengajak temanmu untuk membaca cerita ini. Namun jangan dipaksa. Biarkan dia datang karena ingin, kemudian pergi karena mungkin sudah berpaling. Muehehe :)

¤¤¤

JIKA dalam keadaan normal maka Adara akan bersikap tidak peduli, acuh dengan semua tatapan yang tertuju kepadanya atau melontarkan tatapan intimidasi.

Namun kali ini berbeda.

Adara justru merasa risih. Hingga Rigel menghampiri dari arah yang berlawanan seraya memanggil namanya, “Adara!”

Adara menghentikan langkah dengan ekspresi datar seperti biasanya. Gadis itu menunggu apa yang akan dikatakan oleh Rigel.

Dengan lancangnya Rigel malah menarik tangan Adara dan menuntun supaya berjalan beriringan kemudian berucap, “Sambil jalan ngomongnya. Merinding gue diliatin orang-orang.”

Adara melepaskan cekalan tangan Rigel pelan kemudian berjalan sejajar dengan laki-laki itu. “Ngomong apa?”

Rigel bergidik pelan. “Bisa gak, Ra, ngomongnya bernada? Jangan datar gitu, serem denger—”

“Jangan protes. To the point aja!” sentak Adara membuat Rigel langsung mengantupkan mulutnya.

Adara mempercepat langkah, namun dengan cepat Rigel berusaha mensejajarkan langkah mereka kembali.

“Ra, sumpah ih jangan cepet-cepet jalannya. Gue cuma mau nanya, serius cuma mau nanya!” cerocos Rigel hingga Adara menghentikan langkahnya dengan satu alis terangkat.

“Dari awal gue mau nanya tapi lupa teru—”

“Cepetan anjing mau nanya apa?!” sela Adara yang tampaknya kesal.

Rigel terkesiap, laki-laki itu berusaha untuk menetralisasi detak jantungnya. Entah kenapa ketika mendapat tatapan intimidasi dari Adara, jantungnya berdetak lebih cepat dan bulu kunduknya meremang. Seolah laki-laki itu sedang terancam bahaya.

Mengangkat kedua sudut bibirnya, tersenyum kikuk. Rigel menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

Adara menghembuskan napas kasar, kemudian berjalan meninggalkan Rigel.

“Kenapa lo follow ig gue?”

Adara langsung menghentikan langkahnya. Sekonyol itu kah? Berbicara panjang lebar namun yang benar-benar ingin ditanyakan hanya itu saja? Adara tidak habis pikir.

“Kepencet,” sahut Adara kemudian.

Rigel menghampiri Adara dan berdiri di samping gadis itu. “Kalau kepencet, lo bisa pencet lagi buat unfoll.

“Males, buang-buang waktu.”

“Padahal gak sampai semenit loh, Ra,” sanggah Rigel membuat Adara langsung menoleh ke arah laki-laki itu dengan tatapan tajam.

“Lo mau gue unfoll?

Sintingnya Rigel malah berlagak seolah salting. “G-gak gitu Ra. Gue cuma pengen tau alasan yang jelas kenapa lo tiba-tiba nge-follow gue padahal waktu itu gue belum kenal lo.”

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang