..---/-----

3K 540 31
                                    

“JADI kapan mulai latihan untuk festival?” Pertanyaan itu terlontar dari bibir Aletta setelah mereka kembali berkumpul di ruang Royal Class.

“Besok?” jawab Zevan ragu.  “Dan dilanjut ketika di sekol—”

“Jangan!” sela Aletta cepat. “Masa skorsing. Senin, selasa, rabu, dan sintingnya hari kamis acara dimulai. Kalian mau gue—” Aletta menghembuskan nafasnya, “gak tau apa pun?”

Mendengar kata ‘skorsing’, membuat An langsung menatap Aletta dengan tatapan tajam. Aletta dengan berani membalas tatapan tajam itu. “Apa? Udah gue tegaskan bukan gue pelakunya!”

Melihat respon An yang malah memalingkan wajahnya, membuat tatapan tajam Aletta beralih pada Dinda. “Din, gue tanya. Lo hacker?

Dinda terlihat memainkan kukunya, kemudian mengedikkan bahu.

“Ngaku aja. Hacker gak selamanya buruk,” celetuk Adara yang sedang mendata nama-nama mereka untuk festival.

Dinda mendonggak menatap Aletta, An, dan Adara bergantian. “Ahli komputer lebih tepatnya.”

“SAMA AJA GOBLOK!” An tidak segan-segan untuk melempar buku paket yang ada di mejanya.

“Lo boleh lempar apapun, tapi kalau buku mending jangan, deh, An,” tutur Zevan sambil memungut buku yang malah melayang ke samping Dinda. “Harus ada adab, buku ini isinya ilmu,” lanjutnya, namun tidak ada yang menyahuti ucapan Zevan.

Tatapan tajam Aletta semakin menghunus ke arah Dinda. “Lo—”

“Bukan gue.” Dinda mendengkus. “Gue gak sebejat itu untuk nge-hack web sekolah.”

“Maling mana ada ngaku maling,” celetuk Rigel yang duduk di kursi belakang.

Dinda memutar bola mata malas. “Terserah.”

Hening. Hingga ada suara derap langkah kaki yang menuju ke ruang RC. Kemudian terlihat Pak Jayen yang memasuki ruangan.

“Siang, Pak!” sapa mereka dibalas senyum manis oleh Pak Jayen.

“Siang juga.” Pak Jayen menyimpan map yang dia bawa ke atas meja guru. “Sudah tahu tentang festival?”

“Sudah, Pak.”

Lagi-lagi Pak Jayen tersenyum. “Untuk festival, saya serahkan kepada kalian karena wali kelas tidak boleh ikut campur dalam acara ini.” Jeda. “Saya di sini bertujuan bukan untuk membahas tentang festival, tetapi saya ditugaskan untuk memberikan tugas pada kalian.”

“Tugas apa, Pak?” tanya An, tidak ada sopan-sopannya.

“KBM minggu depan, kalian yang akan menjadi pembimbing di setiap kelas karena semua guru memiliki kepentingan—”

“Kok gitu, Pak?” sela Vania, gadis itu tampak tidak setuju.

“Hanya tiga hari, hitung-hitung kalian belajar mengajar. Saya yakin kalian pasti bisa.”

“Tiga hari itu waktu kami mempersiapkan untuk festival, Pak. Kalau kita—” protes Rigel.

“Itu resiko kalian.”

Rigel tersenyum masam. “Jadi?”

“Mulai hari senin sampai rabu, kalian membimbing kelas A sampai I. Daftar materi akan saya berikan, dan kegiatan itu hanya berlangsung setengah hari. Jadi kalian masih mempunyai waktu untuk mempersiapkan festival. ”

Semua murid Royal Class menyimak ucapan Pak Jayen, berusaha memahami.

“Kalian mengajar di kelas awal kalian, sebelum masuk Royal Class.”

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang