TERJEBAK dalam hubungan friendzone itu ada manisnya dan ada pahitnya. Manisnya ketika mereka bersama kemudian tertawa, pahitnya ketika sang teman malah bercerita tentang orang lain yang disukainya. Dan sebenarnya, masih banyak lagi.
Nyaris seperti Zevan dan An.
Kini keduanya berada di balkon kamar An dengan ditemani suara nyanyian Zevan yang menenangkan telinga.
"Coba sini Zev, gue juga mau nyanyi," kata An seraya merampas gitar yang semula dipegang oleh Zevan.
Zevan menghentikan nyanyiannya saat itu juga, menghembuskan napas, membiarkan An bernyanyi. Gadis berambut sebahu itu mulai memetik senar gitar, dan malah menyanyikan lagu Rocker Juga Manusia - Seurieus.
Mungkin orang menyangka ku tak pernah terluka
Tegar bagaikan karang tabu cucurkan air mata
Kadang kurasa lelah harus tampil sempurna
Ingin ku teriakkanAndai mereka tahu rasa dalam hatiku
Lembut bagaikan salju dan menghangatkan kalbu
Kadang kurasa lelah harus tampil sempurna
Ingin ku teriakkanRocker juga manusia punya rasa punya hati
Jangan samakan dengan pisau belati
Rocker-An menggeleng, lalu mengganti lirik lagu. "GUE JUGA MANUSIA! PUNYA RASA PUNYA HATI!
JANGAN SAMAKAN DENGAN PISAU BELATI!"An hendak melanjutkan nyanyiannya, namun Zevan dengan cepat merampas gitar yang dimainkan oleh gadis berambut sebahu itu. "Udah. Kalau lo nyanyinya teriak-teriak gitu, nanti tetangga marah."
An menghembuskan napas kasar, kemudian mendelik. Gadis itu memegang pagar pembatas, kemudian menatap lurus ke depan. "Bilang aja kalau suara gue gak bagus-bagus amat," celotehnya. "Lagian, gue cuma butuh healing-"
"Lo sakit, An?" sela Zevan sembari mengecek suhu tubuh An.
An meninju lengan Zevan yang kini sudah berdiri di sampingnya. "Sakit mental, goblok!"
Zevan malah cengengesan, sedangkan An memutar bola mata malas. "Mending-"
Drrtttt ... dddrrrrttttt ...
Terdengar suara panggilan telepon dari ponsel An.
An langsung berlari memasuki kamarnya, dan mengambil ponsel, lalu dia menerima panggilan telepon tersebut. Entah dari siapa, nomor tersebut tidak tersimpan di daftar kontak.
"Ya?"
"Ini An?" Suara laki-laki terdengar dari seberang sana.
An mengernyit. "Iya, lo siapa dan ada perlu apa?"
"Gue temen Meteor yang suka nongkrong di Waryang, nah kalau sebutin nama lo gak bakalan kenal. Gue bingung mau nelepon siapa soalnya gue cuma kenal lo-"
An berdecak. "To the point, kampret!"
"Tolong jemput Meteor di sini, Club 931. Dia mabuk, dan gue gak bisa anterin dia pulang karena lagi kerja."
An mendengkus. Zevan menghampirinya, menanyakan siapa yang menelepon, namun An tidak menjawab. Gadis itu malah mematikan sambungan telepon secara sepihak.
"Siapa-"
"Orang," sahut An. Gadis berambut sebahu itu malah bersiap hendak pergi, hal tersebut membuat Zevan bingung.
"Mau ke mana?"
An berpikir sejenak setelah mengambil kunci mobil. "Eungh ... ke Club 931."
Zevan melotot, laki-laki itu memegang kedua bahu An. "Kalau butuh healing, jangan ke club lah An. Tau sendiri itu gak baik, lo harusnya-"
KAMU SEDANG MEMBACA
99,99
Teen Fiction-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas- "99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan." -Adara Mahaputri Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...