...--/----.

2.3K 484 28
                                    

KAISAR berusaha berpikir keras ketika Arabela malah bersandar pada dinding guna menghilangkan sedikit rasa pusing.

Gadis itu mengambil ponsel dari dalam saku almamater, mengecek jam, lalu menyimpan dalam saku lagi. Sudah jam 00.05 rupanya.

“BEL, BURUAN JALAN DONG, BEL!” Kaisar berusaha untuk tetap sabar dan tidak mengumpati gadis itu. Kalau bukan karena Adara, Kaisar tidak mau susah-susah memastikan Arabela sampai di pos lima.

Arabela memejamkan matanya sejenak, jarak dari tempatnya berdiri saat ini hingga aula itu lumayan jauh. Arabela tidak yakin jika dia masih bisa bertahan sampai pos lima.

“Bel, sumpah! Lo jalan lagi napa?” Kaisar misuh-misuh, andaikan dia bisa terlihat dan ucapannya bisa didengar. Sayangnya, itu hanya sekedar andai.

“Sssh, kenapa kepala aku pusing lagi, sih.” Arabela terlihat kembali memegang kepalanya dengan tangan yang semula memegang peta.

“Abel.”

Arabela menegakkan tubuhnya seketika. Dia mendengar suara laki-laki yang memanggilnya dengan suara serak. Langkah kaki mulai terdengar, namun Arabela enggan untuk memastikan siapa yang menghampirinya.

Kaisar melihat ke belakang, ada Jeon di sana. Dia tersenyum konyol ketika ide cemerlang muncul di kepala, kesempatan bagus ini tidak akan datang dua kali.

Dia memposisikan tubuhnya untuk berdiri di belakang Arabela, selanjutnya dia meniup leher gadis itu pelan.

Sesuai dugaan, Arabela langsung memegang lehernya seraya bergidik.

Kaisar tertawa, dia semakin gencar meniup leher Arabela.

“Abel.”

Suara itu terdengar lagi. Arabela meneguk saliva-nya susah payah, ketika seseorang bertubuh tinggi tiba-tiba berdiri di sampingnya.

Dia menoleh. “AAAAAA, SETAAAAN!”

Arabela berlari pontang-panting layaknya sedang dikejar hantu. Gadis itu tidak tahu jika, Jeon kebingungan dan malah menunjuk dirinya sendiri.

“Gue? Setan?”

¤¤¤

Puas sudah Kaisar mengerjai Arabela. Dia yakin jika gadis itu akan sampai di aula dalam kurun waktu yang cepat—jika Arabela tidak berhenti di tengah jalan.

Saat ini, Kaisar berjalan menuju aula dengan santai.

Tunggu.

Kaisar menghentikan langkahnya ketika menyadari sesuatu. Sejak kapan dia tahu letak aula di sekolah ini? Apakah—

“Kamu hantu baru, ya?”

Kaisar menoleh pada kuntilanak yang baru saja memanggilnya. Dia malah mengedikkan bahu, dan melanjutkan langkah. Dirinya juga tidak tahu mengapa dia tersesat di sini.

Kuntilanak itu mengerucutkan bibirnya, hendak sok imut tapi jatuhnya malah menjijikkan. “Kenalin aku Neng Kunti. Kamu gak boleh cuek sama janda kayak aku. Nanti dihukum sama Abang Poci, lho.”

Kaisar menoleh lagi, dengan wajah datar. Kaisar baru tahu jika, di dunia hantu pun ada istilah janda. “Jangan gangguin remaja kayak gue, mending nikah lagi sana,” seloroh Kaisar.

Neng Kunti terus melayang mengikuti Kaisar sambil berbicara, “Nikah sama kamu aja, gimana?”

Detik itu juga Kaisar bergidik ngeri. Dia menatap wajah Neng Kunti lumayan lama. Mimpi apa dia diajak nikah oleh hantu yang wajahnya sudah hancur begitu. “Ogah!”

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang