---../...--

2.1K 463 102
                                    

Hai, aku kembali dengan begitu mempesona.

Bukan sengaja ngegantung kalian, dan bukan gak update karena gak ada ide. Namun, karena kemarin aku sakit mata sehingga tidak bisa menatap layar ponsel lama-lama.

Bagaimana, masih mau baca cerita ini?

¤¤¤

MENATAP cermin, berkaca. Seorang gadis multitalent itu sudah siap dengan seragam Blue High School dibalut almamater Royal Class. Hari ini, murid Royal Class akan pergi ke Black High School untuk memenuhi undangan.

Adara Mahaputri Sanjaya. Gadis itu mengambil ponsel pemberian Kaisar, tote bag, juga kunci mobil. Setelahnya, bergegas keluar rumah.

Gadis itu berdecak, ketika netranya mendapati Rigel yang duduk di atas motor, di pekarangan rumahnya.

“Ngapain lo di sini?” tanya Adara, terdengar seperti mengusir. Dia bergerak untuk mengunci pintu rumahnya, kemudian memasukan kunci tersebut ke dalam tote bag.

“Jemput lo, lah, ngapain lagi,” sahut Rigel seraya menyugar rambutnya, sok ganteng.

“Gak butuh dijemput.”

Rigel malah menghampiri Adara, kemudian memakaikan helm di kepala gadis itu. Adara sempat menolak, namun Rigel tidak peduli. “Nih, ya, mending nurut. Orang indigo itu biasanya kalau nyetir mobil pasti spot jantung, di jalan banyak hantu soalnya. Mending dibonceng gue, lo bisa tutup mata biar gak liat yang aneh-aneh,” celoteh Rigel.

“Sekalian, nanti pulangnya gue ajak ke rumah gue. Nanti dikasih ice cream stoberi yang banyak, ya, Ara,” lanjutnya.

Kali ini Adara menyunggingkan senyumnya. “Gue lagi puasa gak makan ice cream, gimana?”

Rigel tampak berpikir, kemudian mengacungkan jarinya. “Nanti nyokap gue buatin cake stoberi!” seru laki-laki itu, begitu antusias.

Senyum Adara kini semakin lebar, Rigel dibuat salting. Karena tidak mau berlama-lama, Rigel menarik tangan Adara untuk mendekat pada motor sport kesayangannya.

Ketika Rigel ke rumah Adara beberapa hari lalu dengan dalih meminta tolong, laki-laki itu berhasil menemukan teman kecilnya. Adara beberapa kali membantah, namun pernyataan Rigel membuat Adara kalah telak.

Apalagi ketika Rigel menebak, alasan kenapa Adara follow akun Instagram dirinya waktu itu.

Konyol.

Sebelumnya Adara tidak pernah berpikir untuk kembali pada teman kecilnya, justru dia ingin mengurangi relasi dan memisahkan diri. Sayangnya, itu sulit sekali dan kini Adara malah mencoba untuk merubah pola pikir. Apalagi ketika ucapan Kaisar tempo lalu terngiang-ngiang di kepalanya.

“Lo jangan terlalu memisahkan diri. Lo harus berbaur.”

Kini keduanya sudah menaiki motor, hanya saja posisi Adara menyamping. Mengingat gadis itu yang mengenakan rok di atas lutut.

“Mau pinjem, gak?” tanya Rigel seraya membuka almamater.

“Gue punya,” sahut Adara acuh.

Rigel tersenyum gemas, dan tetap memberikan almamater miliknya kepada Adara. “Pake, buat nutupin paha lo. Dingin, masih pagi ini,” tuturnya.

Adara menghembuskan napas panjang, tetapi akhirnya menurut. Setelah siap, Rigel mulai melajukan motornya.

“Titip rumah,” kata Adara kepada Pak Iwan, dibalas anggukkan oleh pria itu.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang