HARI pengumuman hasil try out 3, sialnya Rigel malah terlambat datang ke sekolah sehingga gerbang utama sudah ditutup rapat. Salah Rigel sendiri, karena semalam bermain pou jadinya bangun kesiangan.
Karena rumah Rigel memang berada di belakang sekolah, sehingga pagar belakang sekolah itu berada beberapa meter dari rumahnya. Rigel kesal karena tadi memilih mendatangi gerbang utama terlebih dahulu daripada langsung masuk lewat pagar belakang. Jadi mau tidak mau, Rigel harus berjalan menuju pagar belakang sekolah, karena motornya sudah diparkirkan di depan gerbang utama.
Dan satu hal lagi yang membuat Rigel berdecak sebal, jarak antara gerbang utama dan pagar belakang itu cukup jauh.
Rigel mengernyit ketika mendapati seorang gadis dengan rambut sebahu yang hendak memanjat pagar.
"Lo ngapain? Telat juga?" tanya Rigel sambil tersenyum miring.
Gadis itu menoleh ke arah Rigel. "Manjat lah! Lo kira gue mau jualan bakso?" sewot si gadis sambil berusaha memanjat pagar.
"Gue dulu." Rigel yang memang pandai memanjat, langsung mendahului gadis itu dan berhasil memasuki area sekolah.
Kini giliran si gadis. Dia sudah memanjat dan kini berada di atas pagar, tinggal melompat. "Minggir lo! Jangan ngehalangin gue dong!" sembur gadis itu karena Rigel memang menghalangi jalannya.
Rigel segera menjauh, dan si gadis loncat. Tampak lihai, dan itu terekam oleh mata Rigel. "Lo pandai manjat pagar, udah sering?"
Si gadis mengangguk asal, entah mengapa dia tidak memikirkan perkara 'jaga image'.
"Hampir tiap hari."
Rigel menganga tidak percaya. Rigel pikir semua murid Blue High School itu disiplin, ternyata ada yang tidak.
Gadis itu mengambil almamater berwarna biru tua dari dalan tas, kemudian memakainya. Lagi-lagi Rigel membuka mulutnya beberapa centi. "Lo anak RC?"
"Iya, kenapa lo?!" Gadis itu melotot.
Rigel mengeja nama di nametag gadis itu. "Anindya Au-"
"Panggil aja An."
Rigel diam dan berusaha mengingat. Sepertinya dia pernah mendengar nama itu, tapi entah kapan.
Anindya.
"Oiya jangan tanya kenapa gue baru pake almamater di area sekolah, soalnya kalau di luar area sekolah gue pake almamater anak RC Blue High School tapi sikap gue-lupain. Itu namanya merusak nama baik," jelas An tanpa diminta. "Satu lagi, jangan laporin ke siapapun kalau gue ngomong pake bahasa lo-gue di area sekolah." Setelah mengatakan itu, An melengos pergi.
"Anindya, juara pararel kedua."
Rigel mengerjap ketika mengingat ucapan Roni-temannya dengan sejuta informasi.
Eh, juara pararel kedua? Yang benar saja. Rigel tidak habis pikir.
Juara pararel pertama yang katanya adalah Adara atau si gadis yang setiap kali melihat matanya terasa terintimidasi, namun sudah dua kali kepergok berbicara sendiri dan menggunakan bahasa lo-gue. Kemudian juara pararel kedua yang katanya adalah An, namun dilihat dari penampilan dan seluruh gaya bahasanya seperti badgril dan kepergok manjat pagar karena kesiangan. Lalu juara pararel ketiga yang katanya adalah Zevan, awalnya terlihat berwibawa namun makin ke sini terlihat bahwa laki-laki itu bar-bar dan petakilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
99,99
Teen Fiction-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas- "99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan." -Adara Mahaputri Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...