--.../----.

2.1K 427 37
                                    

“LO mau mati kehabisan oksigen atau tonjok pintunya?”

Zevan menelan ludahnya ketika mendengar suara Adara yang penuh intimidasi. Laki-laki itu menggeleng kaku, walaupun Zevan yakin Adara tidak melihat dirinya yang menggelengkan kepala.

Dengan gerakan pelan, tangan Zevan terulur untuk menyentuh pintu. Laki-laki itu mencari satu titik di samping knop pintu yang dimaksud Adara, namun malah menemukan tangan dingin Adara.

Gadis itu berdecak. Dia memindahkan tangan Zevan ke satu titik yang dia maksud.

“Di sini. Tonjok, sampai bolong,” titahnya.

“Ini tipleknya beberapa lapis—”

“Gak usah protes! Mantan ketos kok penakut, sih?” hardik Adara.

Zevan meringis pelan, kemudian mengambil ancang-ancang untuk menonjok pintu.

Bug!

“AWS!” Zevan langsung mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa begitu nyeri.

“Payah,” desis Adara.

Zevan tidak peduli. Laki-laki itu fokus meniup-niup tangannya. Zevan adalah laki-laki lembut yang tidak pandai bela diri, bahkan dirinya pasti kalah jika dihajar oleh An.

Adara mendorong tubuh Zevan pelan, supaya sedikit menjauh dari pintu. Kini Adara yang mengambil ancang-ancang untuk memukul.

“Lo jangan nekad anjir!”

Adara tidak mendengarkan ucapan Zevan.  Gadis itu tetap berniat untuk meninju pintu menggunakan tangannya.

Bug!

Adara menggertakkan giginya ketika tidak ada reaksi apa pun pada pintu.

Bug!

Masih tidak ada reaksi.

Bug!

Gadis itu memukul pintu, lagi. Satu titik dekat knop pintu berhasil retak. Zevan yang mendengar suara pukulan itu hanya bisa meringis.

Bug!

Retak pada pintu semakin lebar. Tangan Adara terasa ngilu, namun tetap berusaha memukul pintu.

Bug!

“UDAH DONG, RA! JANGAN GILA, TANGAN LO BISA—”

“Bacot.” Zevan mengantupkan mulutnya.

Bug!

Bug!

Untuk ketujuh kalinya, pintu berhasil bolong. Adara memejamkan matanya sementara Zevan membulatkan bola mata karena takjub. Gadis itu meringis pelan, tangannya bergetar ngilu.

Secercah cahaya berhasil masuk ke ruangan gelap tersebut. Tangan Adara berhasil keluar dari ruangan dan berusaha mengambil sesuatu.

“Lo ngapain sih, Ra?” tanya Zevan karena tidak habis pikir dengan pemikiran Adara.

Adara menyunggingkan senyumnya, ketika dia berhasil menggapai kunci yang sebelumnya masih menggantung pada lubang kunci. Kemudian kembali menarik tangannya untuk masuk ke dalam ruangan.

Zevan diam dengan kekagumannya. Laki-laki tidak pernah berpikir jika kemungkinan kunci ruangan ini masih ada di lubang kunci, orang yang mengunci tidak membawa pergi.

“Sssh,” ringis gadis itu. Adara menyodorkan kunci kepada Zevan karena tangannya sulit sekali untuk digerakkan, tangannya terasa kaku, nyeri, ngilu, berbagai rasa menjadi satu.

“Buka, buka pintunya, Zev.”

Zevan mengangguk cepat dan langsung membuka pintu. Keduanya menghembuskan napas lega ketika pintu berhasil dibuka.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang