...../.....

2.3K 493 56
                                    

Double update, nih. Seneng gak?

¤¤¤

WAKTU terasa berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin mereka melaksanakan festival namun besok sudah waktunya menghadapi try out 4.

Namun Rigel tidak peduli. Sejak awal laki-laki itu tidak peduli nilainya akan bagaimana, bahkan dia tidak peduli akan bertahan di Royal Class atau tidak. Yang jelas, Rigel yakin 99% kalau dirinya tidak akan dibuang ke Black High School.

Setelah game POU dihapus oleh Celena, akhirnya Rigel mendownload game baru, My Talking Tom. Sejak dulu dia memang menyukai game peliharaan. Bahkan ketika game POU dihapus, Rigel sampai nangis kejer seperti anak kecil yang tidak dibelikan permainan.

“Heh kamu, belajar sana! Besok kamu TO, jangan nge-game terus!” tegur Celena.

Rigel mendonggak sekilas. “Bentar, Bu. Kasian ini si Cebong kebelet pipis.”

Celena memutar bola mata malas, tangannya bergerak hendak mengambil ponsel putranya namun Rigel menjauhkan ponsel tersebut. “Sini ponselnya kalau gitu!”

“Eits, jangan gitu dong, Bu! Kalau ponselnya di Ibu, nanti kalau Si Cebong lapar gimana? Kalau ngantuk gimana? Kalau pengen main gimana? Kalau kebelet pipis atau mau berak gimana? Kalau—”

“Halah! Manja sekali kucing yang namanya Cebong itu. Sini-sini ponselnya, biarin dia hidup mandiri!” Tanpa banyak berucap, Celena langsung mengambil ponsel yang Rigel sembunyikan hingga dapat.

“Yah ...,” keluh Rigel ketika ponselnya dikuasai oleh Celena. “Jangan dihapus ya, Bu? Kasian udah dua puluh tahun, masa mau jadi bayi lagi?” rengeknya manja.

“Nyenyenye.” Dengan songongnya Celena keluar dari kamar Rigel dan menutup pintu.

Brak!

“IBU! HARUSNYA RIGEL LOH YANG BANTING PINTU KARENA KESEL SAMA IBU!” teriak Rigel.

“BODO AMAT, TERSERAH IBU LAH!” balas Celena, sama-sama berteriak.

Rigel mengusap wajahnya, tidak habis thinking dengan kelakuan wanita yang melahirkannya. Sehingga, mau tidak mau Rigel memutuskan untuk belajar.

Belajar.

“Oke, Gel, harus rajin!” Laki-laki itu menyemangati diri sendiri seraya duduk di kursi yang berada dekat meja belajar.

Mengambil buku, membuka buku tersebut, dan membaca.

Satu menit.

“Lah apaan anjir, ini mah materinya udah di luar kepala.” Rigel membolak-balik buku tersebut, kemudian mengambil buku yang lain.

Rigel hanya membuka-buka buku tersebut, bahkan Rigel sudah beberapa kali mengganti buku dan hanya melihat-lihat.

Berdecak. “Dahlah, kalau gini caranya mending baca novel,” putus Rigel akhirnya karena merasa prustrasi.

Rigel mengambil salah satu novel dari rak buku, novel yang dibeli beberapa hari lalu bahkan masih terbungkus plastik. Novel baru, nih!

Rigel membuka plastik novel tersebut, membolak-balik, dan berjalan menuju kasur. Setelah mencari tempat ternyaman di atas kasur big size yang berada di kamarnya itu, Rigel mulai membaca novel.

Novel berjudul ‘See?’ karya Huralia.

Baru saja membaca halaman awal, Rigel mendengar suara derap langkah yang mendekat ke arah kamarnya disertai suara Celena. “Rigel,” panggil wanita itu.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang