--.../-....

2.2K 456 287
                                    

SATU hari setelah Royal Class nyaris menyalahkan satu sama lain karena nilai mereka tiba-tiba turun, mereka kembali bertingkah biasa seolah kejadian itu hanyalah angin lalu.

Namun rupanya, hal tersebut tidak berlaku untuk satu jam setelah ini. Ketika mereka tiba-tiba dipanggil oleh kepala sekolah dan dianggap melakukan sebuah kesalahan dan harus dihukum sesuai dengan undang-undang.

Kesalahannya beragam setiap orang, seperti seseorang yang sengaja melaporkan hal tersebut untuk mencemari nama Royal Class. Bahkan disertai rekaman CCTV dan pengakuan para saksi mata ataupun korban.

An yang disangka membully adik kelas, Aletta yang disangka merusak banyak alat musik di ruang musik, Arabela yang disangka mencuri alat lukis di ruang seni rupa, Dinda yang disangka meretas website sekolah, bahkan sampai Vano si kulkas berjalan disangka mencuri berkas penting tentang OSIS.

Damn it!” umpat Dinda dengan tangan yang terkepal kuat. Ingin rasanya menonjok Pak Antonio tadi, tapi Dinda tidak mau hukumannya bertambah.

“Ah bangsat, ini siapa yang nyari masalah sama kita, sih?” kesal An sambil meninju dinding. Mereka baru saja keluar dari ruang kepala sekolah dengan mendapat hukuman.

Rigel ikut-ikutan menendang tiang, namun berakhir mengaduh. “Ish, kapan gue kempesin motor Pak Dinosaurus? Pake dibilang keterlaluan, terus di undang-undang ada hukumannya segala.”

Muthia yang terduduk di lantai dengan bersandar pada dinding berdecak kesal. “Muthi tau kalau Muthi itu miskin, tapi Muthi gak pernah malakin orang. Astagfirullah ....” Gadis itu memijat pelipisnya frustrasi.

“Itu tadi yang jadi saksi mata, korban, atau apalah. Siapa, sih? Aku aja baru liat wajahnya,” celoteh Arabela dengan tangan bersidekap dada.

“Gak tau lah, ada rekaman CCTV segala lagi,” balas Aletta tidak habis pikir.

“Kok bisa, ya, orang yang di CCTV mirip sama kita? Oh atau kita punya kembaran yang lagi ngambek gitu?” Sepertinya pikiran Muthia mulai berjalan ke mana-mana. “Eh, masa kita punya alter eg—

“Diem,” sela Vano karena terlalu muak mendengar ocehan teman-temannya. Satu kata tersebut, nyaris membuat mereka yang sedang menggerutu menjadi diam.

Berakhir, mereka menjadi saling diam hingga kembali ke Royal Class dan melanjutkan pelajaran. Dari sepuluh murid Royal Class, Adara dan Zevan yang tidak dihukum atas kesalahan yang tidak pernah diperbuat.

¤¤¤

Pak Jayen menatap anak didiknya dengan air wajah kecewa. “Mana Royal Class angkatan 32 dengan kekompakkannya?”

Padahal ini masih kompak, kompak dihukum.

Mereka terlalu malas untuk menjawab. Karena saat ini, berita tentang dihukumnya murid Royal Class sudah diketahui oleh seluruh murid Blue High School. Bukan hanya itu, bahkan dunia pendidikan pun nyaris mengetahui.

Mereka terlampau sudah menjadi trending topic di sosial media, dan dibicarakan dari mulut ke mulut di dunia nyata.

Murid yang dibanggakan Blue High School, sekolah elit terbaik, mendapat hukuman untuk pertama kalinya. Untuk pertama kali dari semua angkatan.

Nama Royal Class dicap buruk dalam sekejap. Nama baik yang sejak dulu mereka pertahankan, seolah runtuh hanya dalam kedipan mata.

Seluar biasa itu, hal yang terjadi jika berkaitan dengan Royal Class.

Di ruang yang tiba-tiba hening dengan para murid yang menundukkan kepala karena malu sekaligus kesal itu, Adara duduk santai sambil melihat para hantu yang mengadakan acara pernikahan di kelasnya. Katanya, pernikahan Neng Kunti dengan Udin.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang