---../--...

2.1K 455 91
                                    

PENGUMUMAN try out 6, murid kelas XII kembali dibuat tidak karuan. Dibuat panik, ketika menunggu kabar pernyataan dibuang atau pertahan. Sudah banyak murid yang dibuang. Murid kelas XII bahkan sudah bisa dibilang cukup sedikit.

Adara duduk di barisan murid Royal Class tanpa menggunakan almamater. Rigel bertanya, “Kemarin kemana, Ra?”

“Ada urusan,” sahut Adara singkat. Gadis itu bahkan tidak menoleh pada sang penanya, netranya fokus ke depan melihat orang yang memberi sambutan.

Hingga pengumuman, dimulai.

Monitor menunjukkan nama acak disertai angka hitung mundur. Terlalu banyak jantung yang berdetak lebih cepat, tentang siapa yang menjadi peringkat pertama ketika Adara tidak ada.

2

Apakah Rigel yang—

1

—salah.

1. VANIA CASSANDRA |98,05

Berteriak, terkejut. Bahkan beberapa berdiri dan mengucek mata, guna memastikan kalau penglihatan mereka tidak salah.

Bisik-bisik terdengar, apalagi ketika sang pemilik nama berjalan ke depan sesuai perintah Pak Jayen. Gadis itu memasang wajah datar, atau lebih cocok jika dibilang tanpa ekspresi.

Applause terdengar, Vania melirik Vano yang terdiam kaku. Sementara di sisi lain, diam-diam Adara menyunggingkan senyumnya.

¤¤¤

Satu tahun dua kali, diadakan razia. Sebuah sistem pemeriksaan sekolah terhadap murid, terhadap apa yang dibawa murid.

Setelah pakaian yang melekat pada tubuh—seragam—dicek, para anggota OSIS yang bertugas kini menggeledah saku. Barangkali ada yang membawa sesuatu yang dilarang dibawa ke sekolah.

Karena tidak menemukan apa pun, kini beralih untuk mengecek tas. Murid Royal Class keluar, memberi ruang kepada anggota OSIS untuk menggeledah tas mereka. Tidak ada yang panik, karena mereka sudah memastikan tidak membawa sesuatu yang dilarang dibawa ke sekolah. Hanya saja—

“Permisi, Kak. Saya menemukan ini pada tas milik Kak Rigel.” Semua netra mata tertuju pada benda yang dibawa oleh anggota OSIS tersebut.

Satu botol minuman yang memiliki kandungan alkohol. Cairan di dalam botol tersebut, tersisa setengah.

Bir?” bisik Meteor, nyaris hanya terdengar di telinganya sendiri.

Bergeming. Kali ini mereka menatap Rigel yang masih menatap botol tersebut dengan kerutan di pelipisnya, tampak bingung.

“Gel, ngapain lo bawa bir ke sekolah?” tanya Aletta tanpa tedeng aling. Gadis itu tidak mau, terjadi apa-apa setelah ini terhadap Rigel.

Laki-laki yang ditanyai itu hanya menjawab dengan gelengan kaku, otaknya masih mencerna atas semua yang terjadi. Hingga anggota OSIS itu pergi dengan membawa botol tadi, murid Royal Class langsung memberikan banyak ucapan pada Rigel.

“Lo suka mabuk?” tanya Meteor. Dia pikir Rigel adalah laki-laki baik yang tidak nakal seperti dirinya.

“Senekat-nekatnya murid Blue High School, gak bakal ada yang berani bawa minuman kayak gitu. Lo kok nekat banget, sih, anjir?!” sembur An.

“Lo gila, ya?” hardik Dinda.

“Lo islam, kan, Gel? Minuman yang memabukkan itu haram, menurut Islam,” tutur Muthia menasehati.

“Kamu gak usah nurutin Memet yang suka mabuk, Rigel,” ujar Arabela, berhasil menyinggung Meteor.

“Gue gak habis pikir, Gel. Lo tau gak sih, apa hukuman buat orang yang ketauan mabuk, apalagi bawa minuman kayak gitu ke sekolah?” celoteh Aletta khawatir.

99,99Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang