“GUE suka sama lo.”
Adara bergeming, otaknya berpikir cepat dan detik selanjutnya Adara tersenyum sinis. “Gila lo?” umpatnya.
Kali ini Kaisar tersenyum sendu. “Mungkin iya, Ra. Gak tau, setelah kemarin gue merenung dan berakhir gue sadar kalau gue suka sama lo.”
Adara menghembuskan napas kasar. Hal ini lumayan tidak logis. “Sejak kapan?”
“Apanya?”
“Suka sama gue(?)”
Kaisar tertawa. “Pandangan pertama kali ya? Gak tau. Waktu itu Oni ajak gue ke rumah lo, kali pertama gue liat wajah lo tapi kayak familiar gitu.”
Adara diam beberapa saat, kemudian menatap manik mata Kaisar. Yang jika ditatap lama, yang terlihat adalah dinding di belakang tubuhnya. “Lo gak minta balasan, ‘kan?” tanya Adara pelan, seperti berbisik.
Adara tidak mau memiliki nasib sama seperti ibunya.
Kaisar menggeleng, dan tertawa konyol. “Gak, kok. Gue cuma ngerasa lega aja udah omongin ini sama lo.”
Adara membalikan badannya. “Bagus. Lo harus sadar kalau kita beda. Beda dunia. Dan gue ..., gue masih mau hidup!” Entah kenapa nada ucapan Adara terdengar seperti ancaman.
Justru Kaisar bergidik. “Udah ah, Ra. Dari tadi lo diem, sekalinya ngomong malah serem,” candanya.
Adara memejamkan matanya, berusaha mengendalikan emosi dan kembali menghadap Kaisar. “Oke. Sekarang gue mau balik, yang lain pasti cari gue.”
Kaisar meraih tangan Adara dan menggenggam tangan gadis itu. Adara diam, berusaha membuat menghapus tebakan-tebakan sialan di otaknya.
Hei, mengapa Kaisar bisa menyentuh Adara?
Bahkan kali ini, Kaisar menarik tubuh Adara dan mendekapnya. Jika orang lain melihat maka, Adara seperti sedang berdiri namun condong ke depan. Karena Adara tidak membalas pelukan tersebut.
Jujur saja jika dibanding soal ujian, maka memikirkan tentang Kaisar justru lebih sulit.
Adara mendorong Kaisar yang tersenyum ke arahnya. “Sinting!” umpat Adara. Dengan langkah cepat dia meninggalkan Kaisar.
“Adara!”
Adara langsung menghentikan langkah. Sejak kapan An ada di—
“Lo tadi ngomong sama siapa?”
Adara menatap tajam Kaisar yang kini tersenyum konyol. Seolah Adara berkata, Ini gara-gara lo!
¤¤¤
11 jam sebelum pertunjukan.
“YUHU!” Zevan bersorak kegirangan ketika mendapat nomor peserta 26. Sedangkan semua peserta berjumlah 28. Itu artinya, Royal Class akan tampil ketiga dari terakhir!
“Dapat nomor peserta berapa, Zev?” tanya Dinda setelah Zevan memasuki ruang Royal Class.
“Dua puluh enam,” jawab Zevan bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
99,99
Teen Fiction-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas- "99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan." -Adara Mahaputri Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...