DALAM ilmu fisika, tekanan memiliki definisi satuan newton per satuan luas (N/m²). Bila gaya yang diberikan pada suatu benda semakin besar, maka tekanan yang bisa dihasilkan akan semakin besar juga.
Pun dengan ikhtiar.
Jika ikhtiar atau usaha yang dilakukan semakin besar, maka hasil yang akan dihasilkan akan semakin besar pula. Dengan kata lain, hasilnya akan lebih memuaskan.
Sudah tanggal 29, murid Blue High School sudah kembali belajar untuk menghadapi try out 4 yang akan dilaksanakan hari jum'at, tanggal 1. Katanya, untuk mencapai hasil yang lebih memuaskan. Tentu saja supaya tidak terbuang ke Black High School.
Bahkan Rigel tidak habis pikir.
Baru masuk. Kemarin mereka berjuang untuk mendapat nama baik atas kelas mereka. Satu hari libur, dan ketika masuk para murid sudah disibukkan kembali dengan belajar.
Hey, apakah mereka tidak ingin rehat?
Rigel mempercepat langkahnya, berjalan menuju ruang Royal Class. Nampaknya teman kelasnya pun melakukan hal sama. Belajar.
Berdecak takjub, lalu menoleh pada Vania yang dengan santainya bersandar pada sandaran kursi sambil memakan permen karet. Vania sesekali meniup permen tersebut, lalu kembali mengunyahnya.
“Gila. Baru aja kemarin waras, sekarang gila lagi!” omel Rigel sambil menyimpan tas di meja.
“Jangan belajar terus, otak juga butuh istirahat kawand!” teriaknya, namun diacuhkan.
Rigel duduk di kursi setelah menghentakkan kakinya kesal. Sama seperti pertama kali Rigel masuk ke ruangan ini, mereka sibuk belajar dan Rigel terabaikan.
Rigel mengedarkan pandangan, ternyata masih ada yang belum datang. Adara, Meteor, dan Muthia.
Tidak sepenuhnya belum datang. Karena tas Muthia sudah berada di kursi, hanya saja sang pemilik tas tersebut tidak ada di dalam ruang Royal Class. “Van, Milea ke mana?” tanya Rigel.
Vania menaikkan sebelah alisnya. “Mile—oh Muthia? Jualan kali.” Setelah mengatakan itu, Vania berjalan mendekati tempat sampah dan membuang permen karet yang rasanya nyaris berubah pait.
“Di mana?” tanya Rigel lagi, kali ini lebih antusias.
“Kantin umum, kedai Bu Tut.”
Rigel mengacungkan jempol, dan berlari menuju kantin umum. Rigel berpikir jika membantu Muthia akan lebih menyenangkan daripada diam di kelas.
“Ih, kalian yakin gak mau beli donat Bu Tut?” Muthia tampak mencoba menawarkan donat pada para pengunjung kantin, namun sayangnya tidak ada yang mengubris.
Rigel tersenyum konyol, menghampiri Muthia dan mengambil keranjang yang dibawa gadis itu. “Eh! Mau diba—”
“Diem, Milea!” potong Rigel cepat.
“WOI, PERHATIAN! YANG BELI DONAT INI, DIKASIH BONUS FOTO SAMA GUE PLUS DAPAT TANDA TANGAN ZEVAN!” teriak Rigel membuat atensi pengunjung kantin tertuju padanya.
Dan saat itu juga, mereka langsung mengerubungi Rigel.
Tertarik dengan bonusnya. Bukan foto bersama Rigel yang lebih diinginkan, tetapi tanda tangan sang mantan ketua OSIS.
¤¤¤
“Sumpah, Gel, lo rese banget!” umpat Zevan sambil menandatangani beberapa kertas yang diberikan Rigel.
KAMU SEDANG MEMBACA
99,99
Teen Fiction-Ketika dipaksa untuk menjadi cerdas- "99,99 saja cukup. Tidak perlu 100. Karena kesempurnaan itu hanya milik Tuhan." -Adara Mahaputri Sekolah gila yang memiliki nilai minimum 85. Serta, tidak lebih dari 50 murid dari 500 murid yang akan menjadi lu...