Part 27

30.2K 664 1
                                    

Pada pukul 3 sore, Lea terbangun karena merasakan berat pada tubuhnya. Yang pertama dilihat oleh Lea adalah kaos hitam tepat di depan matanya.

Lea mendongak dan melihat El sedang tertidur dan memeluk dirinya. Lea ingat betapa kedinginan semalam karena demam.

Dengan perlahan, Lea memindahkan tangan kekar El dari pinggangnya. "Kamu mau kemana?" tanya El sambil menarik tangan Lea dan meminta agar kembali berbaring.

"Aku harus memberi susu bayi Enzo," jawab Lea seraya menatap bidang dada El.

El yang mengerti situasinya mengungkapkan senyum lebar dan merangkul erat Lea sambil menciumi keningnya.

"Kamu baru sembuh, biarkan dia minum susu formula untuk sementara waktu," sarannya membuat Lea hanya bisa diam.

Lea melihat El yang sesekali mengungkapkan senyum manis sambil memeluknya.

"Nanti dia akan demam lagi," ujar Lea perlahan sambil melepas pelan pelukan El.

Tiba-tiba, El menggenggam tubuh Lea dengan jarak wajah yang dekat sekali. Lea menelan salivanya saat merasakan hembusan napas El di lehernya.

"Kamu ingin melihat sesuatu?" tanya El dengan menggoda membuat Lea mengerutkan keningnya.

Seketika itu, Lea terkejut ketika El mendekap bibirnya dengan lembut. El tertawa kecil saat melihat pipi Lea begitu merona merah.

Lea spontan menutup bibirnya dengan telapak tangan ketika El mendekatkan wajahnya.

"Aku punya hadiah untukmu," ucapnya pada Lea.

"Apa?" tanya Lea tanpa pikir panjang.

"Coba lihat tanganmu," pinta El sambil menunjuk ke telapak tangan kanan Lea yang semakin penasaran.

Lea membuka mulutnya dengan tidak percaya ketika El tiba-tiba memberinya ciuman lembut pada bibirnya.

"Yaa, kau membohongiku?" teriak Lea tidak suka karena El mencium bibirnya tanpa izin.

El tertawa puas ketika melihat Lea marah.

"Baiklah, aku akan menunjukkan padamu," ujarnya sambil mengangkat tubuh Lea turun dari ranjang dan membawanya ke kamar sebelah.

"Turunkan aku, kita mau ke mana?" tanya Lea saat El membawanya ke ruangan paling sudut dari kamar El.

El pun menurunkan Lea tepat di depan pintu.

"Coba buka," pintanya pada Lea sambil menunjuk ke tombol pintu.

Lea menatap El dengan ragu, kemudian membuka pintunya.

Betapa terkejutnya Lea melihat papanya terbaring di atas ranjang dengan alat medis yang tertata rapi di samping kanan dan kiri ranjang, terlihat sama persis dengan di rumah sakit.

Lea menoleh ke belakang menatap El.

"Kenapa kamu memindahkan ayah kemari?" tanya Lea pada El. El tidak menjawab, ia melingkarkan tangannya pada perut Lea dan menumpukan dagunya pada pundak Lea.

"Bukankah kamu selalu ingin berada di samping ayahmu saat sedang sedih atau lelah? Mungkin beberapa hari yang lalu aku sedikit egois denganmu, jadi aku memindahkan ayahmu kemari agar kamu merasa tenang dan bisa melihatnya setiap saat," jelasnya pada Lea.

Jujur saja, hati Lea tersentuh dengan sikap tulus El. Namun di sisi lain, dia harus tetap bersikap waspada terhadap El.

"Nanti akan ada dokter dan perawat yang akan merawat ayah kamu secara bergantian. Jadi, kamu tidak perlu khawatir lagi, ayahmu akan segera pulih dan sembuh," ujar El sambil mencium leher depan Lea.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang