Markas Klan Wolf
Di sinilah Sarvel sekarang di mana ia enggan untuk pergi ke kantor dan bertemu dengan Berlyn.
Ia lebih memilih pergi kemari untuk menghindarinya setelah tadi berdebat panjang dengan papanya.
"Nah itu Sarvel," sorak Ziko kala melihat Sarvel duduk di sofa dan termenung.
"Mas Sarvel," panggil Glen dengan segala dramanya.
Sarvel mengangkat kepalanya dan terlihat Glen berjalan ke arahnya dengan bibir yang mengerucut ke depan sembari merentangkan kedua tangannya.
"Kamu kemaa aja mas, aku kangen banget sama kamu," ucapnya dengan kemayu sembari memeluk erat Sarvel.
"Lepas enggak?" tekan Sarvel yang merasa geli dengan Glen saat ini.
Glen mendongak menatap wajah Sarvel dengan bibir monyongnya.
"Yaaa, lepas atau kupotong bibirmu?" pekiknya yang mana Sarvel sangat jijik dengan Glen saat ini.
Ziko yang melihat hal itu hanya tertawa.
Tak lama Alvino datang dengan wajah datarnya.
"Kenapa nih, dateng- dateng mukanya di tekuk gitu?" tanya Sarvel pada Alvino.
Alvino hanya diam sembari menuang begitu banyak alkohol ke dalam gelasnya.
Tak
Alvino sedikit membanting gelasnya setelah meminum habis alkoholnya.
Ia terlihat mengatur napasnya lalu menatap mereka bertiga dengan serius.
"Gue laperrr," rengeknya dengn lucu membuat mereka bertiga langsung memalingkan muka dengan dengusan sebalnya.
Alvino hanya tertawa kecil lalu melepas jas hitamnya.
"Apa El belum kemari?" tanya Alvino saat markas terasa kosong dan sepi tanpa pak ketua.
"El kemari? Enggak kiralah, orang di rumah ada Lea," jawab Ziko yang terdengar sinis akan hal itu.
"Jangankan kemari, ke kantor aja seminggu sekali," dumel Ziko membuat mereka bertiga menatap Ziko dengan tatapan sedikit heran.
"Apa kau menjadi pengkhianat sekarang?" tanya Glen pada Ziko.
Ziko menaikkan sebelah alisnya.
"Kau membicarakan El di belakangnya? Kau sudah bosan hidup?" Ziko menghela napas gusar kala ia lupa jika mereka bertiga adalah sekutu El.
"Apa kalian tahu, selama ia bucin dengan Lea, aku yang selama ini tertekan," gumamnya yang mana iamalah curhat pada mereka.
"Kenapa bisa begitu? Kau iri dengannya yang sekarang bucin dengan Lea?" tebak Sarvel dengan sedikit meledek.
"Makanya jangan jomblo," olok Glen yang mana hal itu membuat Alvino tertawa kecil.
"Bukan masalah iri atau jomblo, jika kalian serumah dengannya, kupastikan kalian akan lebih gila dan tertekan sepertiku," ujar Ziko dengan kesal kala mereka berspekulasi dengan seenak jidatnya.
Mereka bertiga tampak tertarik dengan hal ini dan merasa penasaran karena ucapan Ziko.
"Memangnya apa yang El lakukan padamu hingga kau gila dan tertekan?" tanya len dengan begitu antusias untuk mendengarkan cerita Ziko.
Ziko juga sama, ia tampak begitu antusias dalam menceritaka El.
"Apa kalian tahu, kamarku kini penuh dengan sofa- sofa panjang, kalian tahu kenapa ia memindahkan semua sofa- sofa itu?" ketiganya dengan polos menggelengkan kepalanya.
"Agar Lea tidak lagi tidur di sofa seperti tempo hari," jawabnya yang mana hal itu membuat mereka bertiga tergelak.
"Kalian tahu kan jika seorang El Zibrano selalu bangun pukul 6 pagi?" ketiganya menganggukk degan kompak.
"Kini ia bangun pukul setengah 5," lanjutnya membuat mereka sedikit terkejut akan hal itu.
"Wah, ia mulai memiliki kebiasaan yang baik, ini berkat calon istri kita, ya kan?" ujar Glen yang diangguki oleh Sarvel dan Alvino.
Ziko yang mendengar hal itu hanya berdecih.
"Kalian pikir ia bangun jam segitu karena rajin? Tidak. Ia akan datang ke kamarku dan membangunkanku hanya untuk membantunya mencarikan menu sarapan untuk Lea," jawabnya dengan sedikit kesal.
Sontak mereka bertiga langsung tertawa melihat penderitaan Ziko selama ini.
"Bayangin kalian jadi aku, nyawa belum terkumpul kalian diajak mikir untuk mencari menu sarapan yang 4 sehat 5 sempurna, apa dia tidak tahu jika nyawa ini belum terkumpul, apa dia tidak tahu jika otak ini hanya bekerja 50% saja? Ia menjadi berbeda setelah kedatangan Lea di mansionnya," jelasnya dengan panjang lebar membuat mereka bertiga tak hentinya tertawa karena cerita Ziko.
"Dan sekarang ia jarang ke kantor, kalian tahu apa alasannya?" ketiganya menggelengkan kepalanya dengan kompak.
"Ia sibuk pergi gym, kadang ia juga pergi ke mal, atau belanja sayur- sayuran dan buah- buahan, dan yang paling mengherankan adalah, ia juga rutin pergi ke salon rambut," jelasnya yang mana ia membuka aib El dengan begitu menggebu- gebu dalam ceritanya.
Kini ketiganya sudah terbahak- bahak dengan cerita Ziko tentang seberapa tertekannya ia saat ini ketika El mulai bucin dengan Lea.
"Entah apa yang ia pikirkan, bagaimana bisa ia dengan santai pergi ke mal, ngegym, ke salon sedangkan di kantor aku sedang pusing mengurus ini itu," dumelnya yang mana ia benar- benar merasa tertekan dengan sikap El belakangan ini.
"Pantas saja kau selalu mempunyai niatan untuk melamar di perusahaan pumping ASI , siapa yang tahu jika kau begitu tertekan selama ini," ujar Sarve yang kini tahu alasan Ziko selalu ingin resign dari El.
"Terkadang aku memiliki niatan untuk mencuri semua uang perusahaannya lalu kabur yang jauh darinya, namun setelah kupikir- pikir, sebelum kuambil uangnya mungkin aku akan menjadi mayat lebih dulu di tangannya, kan sayang banget tiket pesawatnya," gumamnya yang membayangkan niatan yang selalu ia ulang- ulang itu namun selalu menjadi momok bagi Ziko sendiri di mana ia membayangkan akan menjadi myat di tangan El.
Ketiganya yang mendengar Ziko lebih sayang dengan tiket pesawatnya ketimbang nyawanya, kini tertawa begitu keras sembari memegangi perutnya karena merasa sakit sejak tadi terus tertawa.
Ziko menghela napas berat dan pasrah dengan takdir Tuhan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Teen FictionEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...