Part 76

13.7K 287 0
                                    

Jika Glen pulang karena Flo akan kembali ke LA, berbeda halnya dengan Sarvel yang kini kembali ke kantor untuk bertemu dengan Berlyn.

Lebih tepatnya ia ingin membicarakan sesuatu dengannya.

Sarvel langsung masuk ke dalam ruangan Berlyn namun tak ada siapapun di sana.

"Maaf tuan, apa anda sedang mencari Berlyn?" tanya Siska, pegawai di sana.

"Ya, kemana dia?" tanya Sarvel dengan suara dingin dan ekspresi wajah yang datar.

"Tadi dia pamit untuk pulang lebih dulu setelah menyelesaikan laporan yang anda minta, saya dengar- dengar sih dia mau kencan buta," ujar Siska sembari membasahi bibirnya.

"Apa? Kencan buta?" tanya Sarvel dengan ekspresi wajah yang sedikit mendelik.

Siska hanya mengangguk pelan.

Sarvel langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah ktapun.

"Tuan- tuan, dulu dingin banget kalau sama perempuan, kini giliran sama Berlyn jadi lupa diri," gumam Siska heran.

•••
Di sinilah Sarvel sekarang, di kantor Verrel.

Pasalnya tadi Sarvel tidak bisa menemukan Berlyn di rumahnya, karna itu ia pergi ke kantor kakaknya untuk menanyakan di mana Berlyn sekarang.

Brakk

Sarvel langsung masuk ke dalam ruangan Verrel tampak mengetuk pintunya.

"Di mana Berlyn sekarang?" tanya Sarvel pada Verrel.

Verrel mengangkat kepalanya, meletakkan bolpoinnya di atas meja.

"Dia sedang kencan buta, ada masalah?" tanya Verrel dengan santai dan nada yang mengejek.

Sarvel membuang napasnya lalu berkacak pinggang sekilas.

"Di mana mereka kencan butanya?" tanya Sarvel yang terlihat begitu gelisah dan tampak tak sabaran.

Verrel melemparkan senyum manisnya membuat Sarvel memicingkan matanya.

"Kenapa kau begitu kepo dengan urusannya, apa kau ingin menjadi obat nyamuk di sana?" ejeknya pada Sarvel.

"Cepat katakan di mana ia sekarang?" tanyanya sembari menarik kerah Verrel.

Verrel menatap tangan Sarvel yang menarik kerah jasnya.

"Perlu kau ingat, jika kau masih menginginkan Berlyn, kau masih perlu restu dariku," peringatinya pada Sarvel.

Sarvel langsung menghempaskan Verrel begitu saja.

Verrel yang melihat Sarvel langsung tunduk dengan ucapannya sontak tersenyum tipis.

"Lagian untuk apa kau menanyakan Berlyn, itu sudah terlambat. Kemungkinan kini mereka berdua sudah berada di motel," ejek Verrel yang tak hentinya menggoda Sarvel.

"Bangsat," umpatnya pada Verrel lalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan Verrel.

Verrel yang melihat hal itu hanya tersenyum tipis.

"Enak aja mau balikan dengannya begitu mudah, setidaknya kau harus sedikit berusaha untuk bisa mendapatkannya kembali. Dia adik perempuanku satu- satunya, tak akan kubiarkan kau menyakitinya lagi," gumamnya yang mana ia tak ingin Berlyn kembali sakit hati karena Sarvel.

•••
Malam harinya sekitar pukul 7 malam, Sarvel dengan setianya berdiri di depan gerbang kayu rumah Berlyn.

Ya, sejak tadi siang ia menunggu di depan rumah.

Entah setebal apa kesabarannya, yang pasti Sarvel begitu setia menunggu di sana hingga ia melihat Berlyn pulang.

"Kencan buta apa kerja rodi sih, lama banget dari tadi siang juga," dumelnya sembari menendang- nendang batu kecil di depannya.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang