Part 108

12.3K 255 1
                                    

Keesokan paginya, El bangun kala ia tak menemukan apapun di sampingnya.

Kosong.

El langsung membuka kedua matanya dan mengedarkan pandangannya untuk menemukan wanitanya.

Hingga tatapan El tak sengaja melihat bercak merah di sprei putihnya.

El menyunggingkan senyum lebarnya sembari meneriakan sorakan yes tanpa suara dengan begitu antusias dan semangatnya.

"Akhirnya aku bisa memiliki Lea seutuhnya," gumamnya sembari melompat kegirangan di atas ranjangnya.

El mencoba tenang lalu turun dari atas ranjangnya hanya dengan mengenakan celana sebatas paha dan bertelanjang dada.

"YES!" soraknya pelan yang kembali melompat kegirangan sembari berlarian ke sana kemari saking senangnya.

El mengatur napasnya yang terengah- engah akibat berlarian ke sana kemari.

"Tenang El, tenang. Masih ada banyak waktu untuk kamu melakukan malam pertama sepanjang honeymoon nanti," gumamnya sembari beranjak untuk mandi.

"Yes akhirnya Lea jadi istriku," soraknya di dalam kamar mandi.

Selesai mandi El langsung turun ke bawah untuk menemukan istrinya.

El diam di anak tangga paling akhir kala melihat istrinya yang tengah duduk di dekat jendela sembari menikmati kopinya.

"Astaga, bagaimana aku tidak jatuh cinta setiap hari jika ia selalu catik seperti itu?" gumamnya yang dibuat jatuh cinta dan terpana akan kecantikan Lea beberapa kali.

El berjalan menghampiri Lea.

"Kamu sudah bangun?" tanyanya saat melihat El menghampirinya.

"Kamu sengaja tidak membangunkanku dan mandi sendiri?" tanya El yang mana hal itu membuat Lea hampir saja tersedak karena pertanyaan El barusan.

"Bukan begitu, kamu terlihat begitu lelah sekali jadi kubiarkan untuk tidur dulu," jawab Lea yang kini sedikit gugup.

Lea meletakkan gelasnya dan membasahi bibirnya tanda ia sedang gugup saat ini.

"Bukankah kita berdua sama- sama capek setelah semalaman tadi bergulat panas? Bagaimana bisa kamu bangun lebih awal dan sudah menikmati teh di sini tanpa menungguku?" tanyanya sembari berdiri di depan Lea dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja dan kursi untuk mengunci Lea.

"Yaaa, tidak bisakah kau mengontrol ucapanmu? Kau begitu frontal sekali, bagaimana jika ada yang mendengarnya?" marah Lea pada El yang begitu ceplas ceplos jika menyangkut hal yang berurusan dengan ranjang.

"Memangnya kenapa jika ada yang mendengarnya? Biarkan mereka tahu tentang apa yang kita lakukan semalam sayang, kalau perlu kita beri tahu mereka seberapa panas kita tadi malam," ujarnya yang malah menggoda Lea.

"YAAA! TUTUP MULUTMU SEBELUM AKU MENYUMPALNYA DENGAN ROTI," pekik Lea kesal kala El terus mengatakan hal- hal frontal padanya.

El tertawa kala melihat istrinya marah dengannya hanya karena perihal ucapan frontalnya.

"Kenapa kamu begitu cantik sekali pagi ini, hmm? Rasanya aku ingin melakukannya lagi mengingat kau mandi sendiri pagi ini setelah kita bergulat panas bersama semalam," ujarnya sembari membelai pipi chubby Lea.

Lea langsung beranjak dari kursinya dengan wajah kesalnya.

"YAA, AKU SUNGGUH AKAN MENJAHIT BIBIRMU JIKA KAMU TERUS BERBICARA," ucapnya mengancam El.

El tertawa dan menarik pinggang ramping Lea hinggatubuh mereka saling mendekat rapat.

"Daripada kau jahit mending kamu bungkam saja dengan bibirmu," serunya yang langsung melumat bibir manis Lea yang mana masih ada sisa rasa teh di sana.

Lea menahan dada bidang El dengan kedua mata yang menyipit.

"Kenapa kamu tadi mandi sendiri, hmm? Padahal semalaman suntuk aku membayangkan mandi bersamamu pagi ini," bisiknya pada Lea membuat Lea langsung panik dan melihat kanan kiri.

"Aww sayang sakit," ringisnya kala Lea mencubit perutnya.

"Yaa, tolong tahanlah ucapan frontalmu, bagaimana jika ada yang mendengar, apa kau tidak malu," beonya yang kesal dengan El.

"Untuk apa malu, justru aku ingin menunjukkan pada seluruh dunia jika kaulah wanitaku, kaulah wanita yang bisa membuatku tunduk dan tergila- gila padamu," jawabnya yang mana hal itu membuat Lea tak bisa marah dengannya.

"Oh ya? Entah kenapa aku jadi sangat penasaran dengan siapa saja mantanmu dulu mengingat ucapanmu yang begitu manis ini pasti banyak memikat banyak wanita dulunya," ujar Lea sembari merapikan rambut El yang masih basah.

"Kenapa disaat keadaan sedang tenang dan baik- baik saja perempuan selalu mencari persoalan yang bisa menciptakan perang dunia," gumam El heran.

Lea tertawa kecil dan mengalungkan tangannya pada leher El di mana ia dengan sengaja mendekatkan wajahnya pada wajah El.

El menelan salivanya dengan sedikit berat, kenapa ia sekarang mendadak gugup.

Lea mengecup singkat pipi El lalu menatapnya lekat.

"Terima kasih banyak atas cintamu yang kau berikan padaku," ucapnya pada El.

"Berapa kali kubilang, dibanding harus mengatakan kata terima kasih, lebih baik jika kamu memberikan imbalan padaku, seperti ciuman mungkin atau gaya 69 selama 30 menit," kodenya membuat Lea memalingkn mukanya sekilas untuk menahan senyum dan semu merah pada pipinya.

"Sepertinya kau memang ingin dijahit bibirmu," gumam Lea membuat El tertawa dan langsung menciumi seluruh wajah Lea.

Hingga El berhenti tepat pada bibir Lea.

"Dari seluruh tubuhmu, ini bagian yang selalu menjadi candu bagiku," serunya memberitahu Lea.

"Dari seluruh tubuhku, aku paling tidak percaya dengan mulutmu. Pasti kau tidak hanya mengucapkan hal manis itu padaku, pasti dulu kau juga mengatakannya pada banyak wanita, ya kan?" tebak Lea membuat El menekan pinggang Lea untuk merapat padanya.

"Baiklah, kalau begitu jahit saja bibirku agar aku tidak lagi mengatakan hal manis padamu," pintanya pada Lea membuat Lea tertawa kecil.

"Meski aku tidak percaya dengan mulutmu, aku sangat menyukai bibirmu," ujar Lea yang mana hal itu membuat El membuka mulutnya tak percaya.

El langsung mengangkat tubuh Lea dengan begitu semangatnya.

"Maaf sayang, tapi kamu mengatakan hal yang membuatku tak bisa menahan diri untuk tidak menerkammu," ujarnya sembari membawa Lea ke kamar atas.

"Kapan kamu bisa menahan diri," gumam Lea membuat El tertawa.

"Akhirnya setelah ini kita bisa mandi bersama," sorak El kala mereka masuk ke dalam kamar.

Lea yang mendengar hal itu hanya bisa pasrah.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang