Pukul 1 dini hari di markas Klan Wolf masih rame dengan candaan dan gurauan Glen, Sarvel dan Ziko.
Sedangkan Alvino yang hampir stress karena tertekan hanya karena mendengar obrolan mereka kini hanya diam dan makan snack tanpa henti di mana kedua matanya terlihat sudah tinggal 5 watt.
Hingga mereka langsung diam saat El keluar dari ruang latihan dengan pakaian yang segar bugar.
"Apa kau mandi tengah malam begini?" El hanya mengangguk sembari menyugar rambutnya ke belakang.
"Aku sangat penasaran denganmu, seberapa patah hatinya sih kau sampai latihan fisik selama itu, mandi tengah malam, makan begitu banyak," heran Sarvel yang mana ia tak pernah melihat El sefrustasi ini.
El menghembuskan napas panjangnya.
"Bagaimana, apa kalian sudah menemukan di mana pria itu?" tanya El tentang Zen.
Sarvel langsung memberikan laptopnya pada El.
"Dia berada di Washington dan menjadi seorang CEO yang memimpin perusahaan salah satu desain. Perusahaannya tidak begitu besar apalagi terkenal, malah di tahun kemarin perusahaannya di ambang kebangkrutan," jelas Sarvel pada El.
El merasa janggal dengan hal itu.
"Lalu dari mana ia mendapatkan uang sebanyak itu?" gumam El yang mana hal itu membuat mereka semua langsung berpikir.
"Kenapa tidak sejak tadi dia datang, kan kalau gini rasanya seperti sedang berkomunikasi dengan manusia, enggak kayak tadi. Bahas counter hp di alam bakalah, jaga pintu akhiratlah, nuntun arwah ke surgalah, rasanya aku hampir gila hanya karena mendengarnya saja," gumam lirih Alvino yang mana ia sangat- sangat frustasi sejak tadi duduk di sana bersama dengan tiga makhluk astral tersebut.
"Mungkin karena mereka bersahabat, jadi pria ini tidak memberitahukan pada Lea jika perusahaannya diambang kebangkrutan," tebak Glen membuat El hanya diam menatap foto Zen.
"Bener juga katamu Glen, bisa saja kan dia menghalalkan segala cara untuk bisa membantu sahabatnya, mengingat dulu Zen juga pernah berada di posisi Lea," timpali Sarvel yang tadi menyelidki lebih lanjut tentang Zen dan Lea.
"Menurut kalian kenapa Lea meminjam uang sebanyak itu pada Zen?" tanya Ziko yang mana ia memancing El untuk buka suara tentang alasannya menyuruh mereka untuk menemukan Zen.
"Andai Lea tahu kekayaanku tak akan habis sekalipun untuk buka counter hp di alam baka, mungkin ia tak akan meminjam uang pada Zen," ucap Glen yang memulai lagi kekonyolannya.
Alvino yang mendengar hal itu kini sudah memegangi rambutnya dan terlihat begitu frustasi.
"Tidak bisakah alam baka itu disingkirkan dari otaknya? Kenapa semua hal ia sangkut pautkan dengan counter hp di alam baka?" gumamnya yang ingin sekali merogoh keluar otak mereka bertiga.
"Karena Lea ingin pergi dariku," jawab El dengan lesu sembari menatap malas foto Zen.
Semua langsung diam dan menatap kaget El.
"Bagaimana bisa, apa kalian bertengkar sebelumnya?" tanya Glen dengan begitu antusias dengan wajah yang berbinar senang karena mendengar El dan Lea sedikit renggang.
Namun, percayalah itu hanya bohongan belaka, semua merasa senang kala melihat El menemukan tambatan hatinya.
"Bukankah kau akhir- akhir ini begitu bucin dengannya hingga membuat seseorang yang tinggal denganmu merasa tertekan?" sindir Sarvel membuat Ziko perlahan langsung menjaga jarak dari El.
"Merasa tertekan? Kenapa?" tanya El dengan santainya.
"Ya, dia tertekan karena semua sofa panjang kau masukkan ke dalam kamarnya, kau juga jarang ke kantor dan melimpahkan semua urusan kantor padanya," jawab Sarvel dengan begitu semangat di mana ia merasa senang saat melihat Ziko terancam saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Teen FictionEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...