Sedangkan di mansion lain ada Alvino yang berada di kamarnya.
Hari sudah menunjukkan pukul 11 malam namun ia enggan beranjak dari kursi yang berada di dekat jendela.
Alvino terus menghisap rokoknya sembari memandangi langit malam.
Entah kenapa ia merasa gelisah saat ini.
Seperti dalam hatinya ada sesuatu yang besar yang ingin ia ungkapkan.
Namun apa?
"Besok pernikahan El, kenapa aku sulit untuk tidur," gumamnya lirih sembari menghembuskan asap rokoknya.
Alvino meletakkan putung rokoknya lalu beralih pada segelas birnya.
"Aku harus menemuinya," gumamnya yang tiba- tiba beranjak dari kursinya menyambar jaket hitam dan kunci mobilnya.
Alvino lalu keluar menuju garasi dan melajukan mobilnya di hari yang sudah larut ini.
•••
Di sinilah Alvino sekarang, di depan rumah Shakila.
Alvino menghembuskan napas panjang kala ia bingung dengan dirinya sendiri.
Padahal ia baru saja bertemu dengan Shakila tadi tapi entah kenapa ia merasa gelisah saat ini.
Alvino langsung turun dari mobilnya.
Kini Alvino tahu, apa yang membuatnya gelisah dan gundah.
Perasaannya.
Ya, Alvino harus memutuskan malam ini.
Sudah seminggu ia dekat dengan Shakila, rasanya sudah cukup untuk Alvino memberitahu kejelasan hubungan mereka.
Alvino tak ingin membuat Shakila merasa bingung.
Tanpa mengetuk pintu, Alvino langsung masuk ke dalam rumah Shakila mengingat Shakila pernah mengatakan jika ia jarang mengunci pintunya karena kebiasaannya yang lupa menaruh kunci.
Alvino diam di tempatnya kala melihat Shakila termenung di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Ficção AdolescenteEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...