Part 33

21K 515 0
                                    

Jika Sarvel sedang uring-uringan karena tahu kenyataan jika Berlyn sudah menikah di markas ada Glen, Alvino dan Ziko yang tengah makan malam bersama.

Bukan lebih tepatnya numpang makan.

"Nih anak kemana sih, dari tadi di telponin enggak juga diangkat," dumel Glen kala menelpon Sarvel beberapa kali tidak satupun diangkat.

"Tidur kali," jawab Alvino yang ikut geram sejak tadi.

"Orang tadi siang kutelpon katanya di kantor, masak jam segini udah tidur," bantah Glen yang tak percaya.

Alvino lanjut makan berhubung masih panas.

"Telpon nanti aja lagi, makan dulu gihh," seru Ziko tiba-tiba.

Alvino yang sejak tadi baru sadar jika di sana adq Ziko sontak menghela napas berat.

"Sejak kapan dia dimari?" tanya Alvino pada Glen.

"Entah, mendadak ia bergabung dengan circle kita," jawab Glen sekenanya.

Alvino hanya menghela napas kala Ziko melemparkan senyum ke arahnya.

"Kemarin aku ke dokter untuk memeriksa tekanan darahku," gumam Alvino sembari menyuapkan makanannya.

"Terus, apa kata dokter?" tanya Ziko.

"Aku harus membuang beban pikiranku," jawabnya yang diangguki oleh Ziko.

"Yaudah buang aja, jangan sampai kamu merasa stress apalagi depresi karena banyak beban pikiran," beritahunya pada Alvino.

Alvino tampak manggut-manggut dan menarik tangan Ziko untuk beranjak dari sofa.

Glen yang melihat hal itu tak bisa menahan tawanya.

Alvino membuka pintu utama markas lalu mendorong keluar Ziko.

"Yaaa, kenapa kau mengeluarkanku?" tanyanya dengan polosnya.

"Pulanglah, kepalaku berdenyut hanya karena melihatmu saja," jawabnya yang langsung menutup pintunya dan kembali ke ruang tengah.

Glen yang melihat Alvino kembali sendirian sontak bertanya.

"Di mana Ziko?" tanya Glen.

"Aku telah mengeluarkannya," jawabnya sembari kembali duduk di sofa.

Glen hampir saja tersedak karena ingin tertawa.

"Definisi mengeluarkan beban pikiran," tawanya membuat Alvino tersenyum tipis dan mengangguk setuju.

•••
Kediaman Alemannus

Ada Tesa yang begitu senang sekali kala Lea datang ke rumahnya sejak tadi pagi hingga malam ini.

Di mana El menitipkan Lea pada mamanya selagi ia pergi ke kantor.

"Sayang ayo makan dulu," ajak Tesa pada Lea yang sejak tadi terus menimang baby Enzo.

"Bentar ma, sepertinya baby Enzo akan tidur," ucapnya membuat Tesa tersenyum dan mengusap puncak kepala Lea.

"Baru kali ini mama lihat El sesayang ini sama wanita, bahkan ia jarang ke rumah semenjak ada kamu di mansionnya. Dulu meski udah nikah, ia setiap hari kemari hanya untuk sekedar makan siang atau mampir saja. Sekarang sepertinya ia lebih betah berada di mansionnya karena ada kamu sayang," kata Tesa membuat Lea tersenyum tipis dan baru tahu akan hal itu.

"Mama berharap banget kamu kelak akan menikah dengan El dan menjadi wanita terakhir untuknya," ujarnya berharap El bahagia dengan pilihannya.

Lea yang mendengar hal itu kini hatinya mulai goyah dan mendadak luluh lantah.

"Mama yakin, andai nanti kamu  menikah dengan El, kamu akan menjadi wanita satu-satunya. Mama bisa melihat bagaimana ia begitu menyayangimu saat ini. Ia terlihat benar-benar tulus mencintai kamu sayang, dan mama baru tahu kali ini ia melakukan segalanya hanya untuk bisa mendapatkan perhatian kecilmu, padahal El tipe orang yang tidak suka mendapatkan pujian atau simpati dari orang lain," jelasnya pada Lea.

"Makasih ya Tante untuk hari ini, rindu Lea pada mama kini terobati karena keseharian kita tadi," ucap Lea yang mana ia merindukan sosok mamanya sejak kemarin.

Tesa yang mendengar hal itu sontak langsung memeluk Lea dari samping.

"Jangan sungkan nak untuk anggap Tante sebagai mama kamu. Tante berharap sekali kelak kamu yang akan menikah dengan El," doanya yang mana hal itu membuat Lea malah mengingat Nancy.

Hingga Lea ingat dengan apa yang ingin dia tanyakan pada Tesa.

"Oh ya Tante, tadi kata Tante produksi ASI kita bisa lancar jika mengonsumsi beberapa obat dan perawatan medis? Memangnya bisa?" tanya Lea yang mana hal itu malah membuat Tesa tersenyum menggoda Lea.

Lea yang melihat senyuman Tesa entah kenapa malah merasa malu.

"Tenang saja sayang, El sudah menceritakan semuanya," ucap Tesa dengan enteng membuat Lea membelalakkan matanya terkejut.

Tesa yang melihat raut wajah Lea sontak tertawa kecil.

"Padahal Tante hanya menebak," seru Tesa membuat Lea kini benar-benar sangat malu.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang