Keesokan paginya di markas Klan Wolf
"ZIKOOOO," teriak Alvino yang berlarian ke sana kemari mencari keberadaan Ziko.
"Argh bangsat, kemana perginya dia?" umpatnya kesal kala ia tak menemukan keberadaan Ziko.
Hingga Alvino teringat jika semalam Ziko mabuk.
"Apa ia masih berada di belakang markas?" gumamnya yang langsung berlari menuju belakang markas.
Ceklek
Dan ya, seperti lautan manusia pada taman belakang markas.
Dengan diketuai Ziko dan Zen semua pengawal tergeletak di atas rumputan tersebut.
Dengan cepat Alvino langsung menghampiri Ziko yang tidur berpelukan dengan Zen tersebut.
"Ziko cepat bangun," ujarnya membangunkan Ziko dan berusaha melepaskan pelukan keduanya.
"Apa sih bangsat, pagi- pagi udah teriak- teriak aja," umpatnya pada Alvino dengan mata yang masih terpejam.
"Cepat bangun dan ayo kita pergi sembahyang," ajak Alvino yang berusaha membangunkan Ziko sembari menarik- narik tangannya.
Ziko sontak langsung membuka kedua matanya kala mendengar ajakan Alvino.
"Pergi kemana tadi katamu?" tanyanya memastikan.
"Sembahyang," jawab Alvino dengan begitu semangat dan antusiasnya.
Ziko sontak langsung duduk dan menatap Alvino.
Ia lalu memeriksa kening Alvino.
"Tidak panas. Apa kamu baru selesai dari alam bak hmpp," Alvino langsung membungkam mulut Ziko.
"Udah enggak usah banyak cincong. Ayo buruan kita sembahyang," ajaknya sembari menarik tangan Ziko dan Zen untuk segera pergi ke Vihara.
••••
Di ViharaMereka sudah melakukan sembahyang dengan sangat khidmat sekali meski nyawa Zen baru terkumpul setengah.
"Sepertinya kau mendapatkan sesuatu yang membahagiakan hingga kembali melakukan sembahyang kemari setelah kemarin menyumpah serapahiku dengan segala umpatan kasarmu," gumam Ziko menebak.
"Ini tidak sekedar sesuatu yang membahagiakan mungkin akan kekal abadi," jawab Alvino dengan senyuman yang begitu sumringah
"Jika boleh tahu apa yang kekal abadi itu?" tanya Ziko yang mendadak penasaran.
Alvino dengan senyum malu- malunya kembali mengingat wajah cantik nan menggemaskan Shakila semalam.
"Pendamping hidupku," jawabnya dengan malu- malu membuat Zen hampir tersungkur di lantai saking terkejutnya.
Ziko yang terkejut mendengar hal itu berdiri tanpa melakukan sujud.
"Pendamping hidup? Sungguh? Siapa dia? Apa dia secantik Lea?" tanya Ziko yang mulai kepo.
"Sujudlah, kau belum sujud," tekan Alvino membuat Ziko langsung bersujud dan kembali berdiri menyembah patung dewa di depannya tersebut.
"Di mana kau bertemu dengannya? Kapan itu terjadi?" tanya Ziko dengan segala pertanyaan yang sudah ia list di kepalanya.
"Kemarin saat perjalanan pulang. Yah meski ia tak secantik Lea, tapi ia sangat menggemaskan," jawabnya dengan malu- malu kala mengingat tingkah konyolnya sendiri semalam.
Ziko manggut- manggut pelan dan ikut merasa senang dengan kabar itu.
Zen yang sejak tadi diam saja dan hanya mendengarkan cerita Alvino benar- benar dibuat tak percaya dengan keajaiban yang terjadi pada Alvino.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Fiksi RemajaEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...