Part 112

11.8K 256 6
                                    

2 minggu kemudian

El dan Lea baru kembali dari Paris, lebih tepatnya dari honeymonnya.

Ya, 2 minggu.

Tadinya El tak ingin pulang namun setelah mendengar ancaman dari Lea, ia nurut dan langsung pulang.

Dan kini mereka telah sampai di mansion pukul 10 pagi.

"Apa baby Enzo bersama dengan Ziko dan Zen?" tanya Lea untuk kesekian kalinya.

"Arghh El," teriak Lea kala El menggigit gemas pipi chubbynya.

"Berapa kali kamu bertanya tentang baby Enzo? Apa kamu secemas itu jika mereka berdua memberikannya pada mama?" tanya El sembari merengkuh pinggang ramping Lea menuju kamar atas.

"Kan kasian kalau mama yang ngurus baby Enzo, pasti mama bakal kecapekan dan riweh," jawab Lea yang selalu mencemaskan Tesa.

El mengecup sekilas leher jenjang Lea saking gemasnya.

"Kapan aku merasakan dicemaskan olehmu begitu, rasanya pasti akan sangat menyenangkan sekali," gumam El sembari membukakan pintu kamarnya.

Lea hanya tersenyum mendengar hal itu.

"Tanpa kamu dengarpun, dalam hati aku selalu cemas padamu setiap hari," ujar Lea plan namun ternyata masih bisa didengar oleh El.

"Serius? Memang apa yang kamu cemaskan padaku?" tanya El dengan sangat berbinar di mana ia sudah terlalu percaya diri sekali saat ini.

"Kamu tergoda wanita di luaran sana," jawab Lea santai namun tidak dengan reaksi El saat ini.

Ia membasahi bibirnya, menahan kuat senyumnya dan mengepalkan tangannya untuk berusaha agar tidak melompat saat ini.

Namun ia tidak bisa, El melompat kegirangan dan tersenyum lebar membuat Lea yang melihatnya tersenyum geli.

"Astaga, berapa usiamu hingga tingkahmu begitu kekanakan sekali," gumam Lea heran.

El langsung menghampiri Lea dan mendorongnya pelan ke atas ranjang.

"EL!" peringati Lea kala El sudah berada di atas tubuhnya.

"Sungguh? Kamu selalu cemas jika aku tergoda dengan wanita di luaran sana? Itu artinya kamu tipe orang yang cemburuan bukan tapi gengsi?" tebak El membuat Lea menautkan alisnya.

"Gengsi? Siapa bilang, enggak ya," elak Lea membuat El tertawa dan menciumi pipi chubby Lea dengan sangat gemas dan geram.

"Kenapa kamu tidak bilang dari awal hmm?" tanyanya tepat di depan bibir Lea.

Lea menatap kedua mata El dengan gugup padahal mereka sudah menikah.

"Untuk apa kukatakan?" tanya balik Lea dengan pelan dan sedikit gugup karena bibir El yang berada di depan bibirnya benar- benar membuat jantung Lea berdetak begitu cepat.

El tersenyum dan mengulum bibir bawah Lea dengan lembut dan pelan.

Ceklek

"YAAA!" teriak Tesa membuat keduanya terkejut.

El menoleh tanpa berpindah dari atas tubuh istrinya.

"Mama?" gumamnya yang tak jadi marah kala melihat siapa yang telah menghancurkan momennya.

Lea langsung mendorong tubuh El ke samping dan segera menghampiri Tsa.

"Mama ke sini sendiri?" tanya Lea yang langsung menyalami Tesa dan Tesa langsung menciumi seluruh wajah Lea.

"Iya sayang, kamu baru tiba?" Lea mengangguk.

Tesa sedikit menelengkan kepalanya menatap putranya yang tampak cemberut.

"Hehe maaf ya, mama kira tadi kamu sama cewek lain, enggak tahunya sama Lea," guraunya yang memang sengaja ingin menggoda putranya.

"Cewek lain? Apa mama bercanda? Kita baru saja pulang bulan madu, tidak mungkin aku menyerahkan diriku untuk mati di tangan kalian berdua, aku masih ingin menyaksikan benihku tumbuh dan membuat banyak anak," jawabnya dengan sewot membuat mereka berdua tertawa.

"Yaudah, kan mama bercanda," seru Tesa tanpa dosa ataupun merasa bersalah.

"Bercanda? Mama udah ganggu waktu El sama Lea tahu," gerutu El membuat Lea langsung melemparkan tatapan tajamnya.

"Jangan hiraukan ucapannya ma. Ayo ke depan, Lea bawakan oleh- oleh buat mama," ajak Lea sembari bergelayut di lengan Tesa.

Tesa mengangguk lalu menyempatkan diri menatap putranya hanya untuk menjulurkan lidahnya.

El yang melihat hal itu membuka mulutnya tak percaya.

"Bahkan di usianya yang tak lagi muda, mama masih bisa mengejekku,"gumam El yang heran dengan mamanya.

El mendengus sebal dan beberapa kali menghentakkan kakinya kesal.

Ia lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan sangat kesal.

"Kan gara- gara mama enggak jadi buat anak," rengeknya yang kesal dengan mamanya sembari guling- guling di atas ranjangnya.

Sedangkan di lantai bawah Tesa tampak begitu antusias sekali bercerita dengan Lea.

"Oh ya sayang, mama punya temen, nah temen mama ini punya putri kembar. Menurutmu, bagaimana jika kita pertemukan mereka dengan Ziko dan Zen?" Lea membuka mulutnya tak percaya dengan senyuman yang lebar.

"Itu ide bagus ma. Nanti biar Lea yang siapkan semuanya. Mama tinggal atur waktunya untuk bertemu."

Tesa mengangguk dengan senang kala Lea sepakat dengannya.

"Kamu benar-benar sangat cocok sekali dengan mama. Selera kita sama!" Lea tertawa kala mendengar hal itu.

Lea jadi tak sabar kala melihat reaksi Ziko dan Zen, entah kenapa dia menjadi sangat antusias sekali untuk bisa mempertemukan mereka.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang