Kini Sarvel datang ke rumah papanya untuk membicarakan hal yang serius.
Hal serius itu lebih tepatnya tentang Berlyn.
Ya, Sarvel ingin membicarakan hal serius dengan papanya untuk membahas Berlyn.
"Hei son, kau di sini?" tanya Wendles sembari menghampiri Sarvel di ruang tengah.
Sarvel langsung beranjak dari sofa dan memeluk papanya sekilas ala pria.
"Papa sakit? Tumben baru bangun?" tanyanya yang tidak biasanya melihat papanya bangun siang.
"Tidak. Semalam papa ada workshop dan pulang larut malam setelah pesta dengan beberapa CEO," jelasnya pada Sarvel.
Sarvel hanya mengangguk percaya.
"Ada apa? Tumben pagi buta gini kamu sudah rapi dengan setelan jasmu, sepertinya kamu hendak ke kantor," Sarvel hanya mengangguk pelan.
"Enggak salah lagi kalau Berlyn benar- benar membawa perubahan yang baik untukmu," pujinya membuat Sarvel tak ingin basa- basi lagi.
"Apa papa dan Berlyn terikat kontrak satu sama lain atau melakukan perjanjian?" Wendles mengangguk.
"Kenapa? Apa ada masalah?" Sarvel diam dan menatap papanya.
"Sarvel ingin Berlyn mundur dari pekerjaan ini. Sarvel tak akan menolak jika papa mencarikan sekretaris baru untuk membantu masalah yang Sarvel buat, tapi tolong. Papa putuskan kontrak atau perjanjian dengan Berlyn. Sarvel tak inin bekerja dengannya," adunya dengan jelas dan to the point.
"Tunggu- tunggu, memangnya kenapa kamu tidak ingin dia bekerja denganmu? Bukankah kalian dulu teman SMA? Pikir papa karena kalian dulu berteman baik jadi papa merekrutnya dengan tujuan kalian akan saling paham dan terbuka satu sama lain, lalu kenapa kamu malah tidak mau bekerja dengannya," kata Wendles yang heran dengan sikap Sarvel.
Sarvel menghela napas gusar dan malas menjelaskan apa yang terjadi di antara mereka berdua.
"Intinya Sarvel enggak mau bekerja dengannya. Papa bisa carikan pengganti yang lainnya dan Sarvel tak akan menolak hal itu," kekehnya yang mana hal itu membuat Wendles menatap Sarvel dengan segala rasa penasarannya.
"Papa mau kan?" pintanya dengan penuh ketulusan .
"Bukan masalah mau atau enggak mau, tapi Berlyn sudah menandatangani kontrak dan telah menerima semua uang gajinya di awal, jika papa putuskan begitu saja kontraknya, ia harus mengembalikan uangnya juga membayar bunganya, lalu uang ganti rugi," jelas Wendles pada Sarvel.
Sarvel menghela napas guar kala mendengar hal itu.
Berbagai cara ia dapatkan guna untuk mengusir Berlyn namun takdir dan alam malah mendukungnya untuk tetap di sekitar Sarvel.
Hingga Sarvel menyunggingkan senyum manisnya kala ia mendapatkan ide cemerlang.
"Bagaimana jika Sarvel yang menanggung semua kerugiannya? Asal dia resign dari pekerjaan ini?" Wendles langsung menatap serius Sarvel.
Sarvel yang tahu arti dari tatapan itu sontak langsung menunduk.
"Apa sih masalahmu dengan Berlyn, heran papa sama kamu," marahnya yang mana ia tak bisa lagi menoleransi sikap Sarvel.
Sarvel hanya diam di mana ia tak bisa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan Berlyn.
Jika papanya tahu mungkin papanya akan semakin mendukung hal itu dan tidak akan memberikan celah Berlyn lepas di sekitarnya.
"Berapa bulan papa kontrak dengannya?" tanyanya yang penasaran selama apa nanti Berlyn bersamanya.
Wendles diam sejenak membuat Sarvel mengangkat kepalanya dan menatap wajah Wendles.
"2 tahun," jawabnya membuat Sarvel membulatkan kedua matanya tak percaya akan hal itu.
"2 tahun? Kenapa selama itu pa?" protesnya dengan kesal.
1 hari saja Sarvel tidak bisa menahan diri saat di samping Berlyn, ini papanya malah kontrak dengan Berlyn selama 2 tahun.
Gila, Sarvel tidak bisa melakukan ini.
"Kenapa papa melakukan kontrak selama itu? Bahkan tanpa persetujuan dari Sarvel, kenapa papa enggak tanya Sarvel dulu, kan yang kerja Sarvel," protesnya pada Wendles.
Wendles menatap Sarvel dengan datar di mana ia sendiri sudah kewalahan mengurus Sarvel seorang diri karena itu ia membutuhkan sosok yang dulu pernah menjadi bagian dari cerita hidup Sarvel.
Yaitu Berlyn.
Karena itu Wendles mengontrak Berlyn selama 2 tahun dan karena itu pula ia memilih Berlyn.
Karena hanya dia yang bisa melakukannya.
"Karena ia adalah orang yang tepat untuk mengubahmu," jawab Wendles singkat dan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Teen FictionEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...