Malam harinya Lea dan El pergi ke mansion Tesa.
Lebih tepatnya Lea yang memaksa El ke sana mengingat baby Enzo butuh ASI Lea.
Di mana sejak tadi pagi hingga malam ini, El tidak pergi ke kantor atau keluar kamar.
Yang ia lakukan hanya di dalam kamar untuk bermanja pada Lea.
Lea yang tipe orang aktif dan suka melakukan sesuatu dan cepat bosanan, benar- benar tersiksa seharian ini karena dikurung di dalam kamar.
Terlebih yang paling menjengkelkan ialah, leher jenjang Lea sudah dipenuhi dengan kissmark.
Dan sebelum pergi tadi Lea dengan susah payah menutupinya dengan make up namun El kembali memberikan tanda.
Sebelum moodnya buruk, Lea langsung mengajak pergi El tanpa make up lebih lama lagi sebelum lehernya dipenuhi dengan cupangan El.
Kini mereka telah tiba di kediaman Alemanus.
El membukakan pintu untuk Lea dan langsung merengkuh pinggang ramping itu untuk membisikkan sesuatu.
"Nanti kalau ngobrol sama mama jangan lama- lama, biar kita bisa cepat pulang," bisiknya begitu dekat pada telinga Lea.
Lea yang mendengar hal itu sontak langsung menyikut perut El.
"Awww sayang sakit," ringisnya sembari memegangi perutnya.
"Kurasa kau putra yang durhaka, tak kasihan kah kamu dengan mama yang tinggal sendirian dan kau suruh mengurus baby Enzo? Orang tua jangan dibebani untuk mengurus anak- anak, ia tak lagi muda harusnya menikmati waktu di masa tuanya dan harusnya kamu melakukan sesuatu agar mama bisa menyegarkan pikirannya," omelnya panjang lebar dan segera masuk ke dalam mansion tanpa menunggu El.
El yang melihat Lea masuk ke dalam mansion dengan begitu anggunya spontan tersenyum begitu manis dan tipis.
"Bagaimana aku tidak jatuh cinta jika ia memiliki hati yang lembut dan baik seperti itu," gumamnya yang beberapa kali dibuat jatuh cinta dengan sikap Lea.
"Ma," panggil Lea pelan saat melihat Tesa duduk di ruang tamu seorang diri.
Tesa menoleh dan betapa kagetnya ia melihat Lea berdiri di sana dengan senyuman yang amat manis.
"Lea," ujarnya yang bergegas beranjak dari sofa dan menghampiri Lea.
Tesa langsung memeluk erat Lea untuk membuktikan jika ia tidak sedang bermimpi atau berhalusinasi.
"Kamu dari mana aja sayang? Mama sangat mencemaskanmu," tanyanya dengan mata yang berkaca- kaca membuat Lea kembali teringat dengan mamanya sendiri.
"Nanti Lea ceritain," jawabnya sembari memegang kedua tangan Tesa.
Tesa menggiring Lea untuk duduk di ruang tamu.
Dengan sangat antusias Tesa sontak langsung meminta ART untuk memasak dan membuatkan minum untuk Lea.
"Udah ma, jangan repot- repot," ujar Lea yang tak enak hati.
"Di mana berandalan itu? Apa ia tidak ikut bersamamu?" tanya Tesa yang baru sadar jika putranya tidak bersama Lea.
"Kenapa menanyakanku jika yang mama rindukan Lea?" sahut El yang baru masuk.
Tesa berdecak dan mengabaikan hal itu.
El yang melihat mamanya kini begitu asyik sekali mengobrol dengan Lea, diam sejenak di tempatnya.
"Aku jadi curiga jika aku ini anak tiri," gumamnya kala Tesa begitu mengabaikan kehadirannya.
Hingga tatapan El teralihkan pada wajah cantik Lea.

"Astaga, bagaimana bisa ada wanita secantik itu? Bukankah aku sangat beruntung?" gumamnya sembari mengetatkan rahangnya saking gemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASI untuk Bayi Mafia
Teen FictionEl Zibrano Alemannus, duda muda beranak satu dengan paras yang begitu rupawan dan mempesona. Menjadi miliarder di usia muda membuat wanita manapun mengantri untuk menjadi ibu susu putranya. Sayang sekali, tuan muda El yang tampan nan bejat bersumpah...