Part 69

13.7K 313 2
                                    

El menoleh dan tampak pria tampan berdiri di dekat jendela.

"Jemy," sorak El girang kala melihat sepupunya tersebut.

El langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Jemy.

Brugh

Keduanya saling berpelukan satu sama lain ala pria.

"Kapan kau datang?" tanya El yang mana sepupunya tersebut dari LA.

"Kemarin malam," jawabnya sembari menggiring El ke balkon.

"Kenapa mama tidak memberitahuku jika kau datang?" tanyanya dengan sedikit kesal.

"Aku sengaja melarang bibi untuk memberitahumu. Aku ingin memberimu kejutan," guraunya menggoda El.

"Halah basi," olok El kesal.

"Bagaimana dengan wisudamu? Lancar?" Jemy mengangguk sembari menuangkan winenya ke dalam gelas bekas El.

"Aku benar- benar ingin kabur dari tahun lalu ketika menghadapi tugas yang tiada habisnya, bagaimana bisa kau menyelesaikan belajarmu dengan begitu mudah dan cepat?" tanya Jemy dengan heran bagaimana otak El bisa bekerja dengan baik dan lancar.

El tertawa kala mendengar pujian tersebut.

"Caranya harus ada seseorang yang bisa membuatmu bersemangat untuk cepat lulus," bisik El pada Jemy.

Jemy yang tengah meminum winenya hampir saja tersedak.

"Tunggu, tadi bibi Tesa memberitahuku soal perempuan yang membuatmu tergila- gila, siapa dia? Aku ingin melihatnya," goda Jemy pada El.

El yang mendengar hal itu membuka mulutnya tak percaya.

"Aish mama benar- benar tidak bisa menyimpan rahasia," gumam El yang tak percaya dengan mamanya.

Jemy yang mendengar keluhan El sontak tertawa.

"Aku hanya menebak, ternyata kau memang punya wanita yang membuatmu tergila- gila? Aku sungguh tak percaya, pria sedingin El Zibrano kini tergila- gila dengan satu wanita, lalu apa kabar sama Fera?" tanya Jemy membuat El berdecak.

"Wanita tukang selingkuh aja buat apa dipertahanin," gumamnya yang mana dulu ia sangat menyesal bisa jatuh hati dengan El secepat itu.

Jemy hanya manggut- manggut setuju dengan ucapan El.

Keduanya lalu terlarut dalam obrolan yang asyik hingga tengah malam.

"Udah jam 2, aku akan pulang," pamit Jemy sembari bangun dari baringnya.

"Kau tak ingin menginap di sini?" tanya El yang sudah merasa mengantuk saat ini ditambah ia yang minum wine begitu banyak tadi.

"Besok aku harus ke kantor untuk pembukaan cabang baru, aku juga harus melakukan evaluasi di kantor, kantorku sangat kacau setelah lama kutinggal," jelasnya pada El.

El hanya beroh ria membuat Jemy langsung beranjak dari duduknya.

"Kalau butuh apa- apa, beritahu aku, aku akan membantumu," beritahunya pada Jemy.

"Siap bos," jawab Jemy sembari meninggalkan El di balkon.

Saat Jemy hendak keluar dari kamar El, ia tak sengaja melihat foto Lea yang tengah menimang baby Enzo.

Lama Jemy berdiri dan memandangi foto Lea hingga ia menyeringai tipis.

"Luar biasa," gumamnya sembari keluar dari kamar El.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Sedangkan di tempat lain ada Tera yang tengah menunggu seseorang.

Terlihat Virgo dan pengawal yang lainnya tampak membawa seseorang yang Tera perintahkan.

Brugh

"Ini dia orangnya nona," beritahu Virgo pada Tera.

"Buka topengnya," perintahnya sembari memandangi kukunya yang baru.

Virgo langsung membuka tudung kepala tersebut.

Terlihat pria buncit yang kemarin  berpihak dengan Tera dan menelpon seseorang kini sudah bersimpuh di depan Tera dengan kedua tangan yang diikat.

"Di mana Lea sekarang?" tanya Tera to the point.

"Saya tidak tahu nona," jawabnya dengan begitu ketakutan sekali.

"Lalu siapa orang yang kau panggil nona setelah kita selesai rapat dua hari lalu jika bukan Lea?" tekannya sembari mengetatkan rahangnya.

Pria itu menelan salivanya dengan sangat takut.

"Tidak, dia bukan nona Lea, ia hanya sekretaris tuan Cornelio dulu," jawabnya dengan sedikit terbata.

Tera tersenyum tipis sembari menatap senang kuku barunya.

"Virgo," panggilnya pada Virgo.

Virgo yang paham dengan panggilan itu sontak langsung menyeret pria buncit tersebut untuk dihukum.

"Nona, tolong jangan bunuh saya, saya bukanlah pengkhianat, saya mohon tolong percaya dengan saya, anda akan menyesal jika tidak mendengarkan ucapan saya," teriaknya sembari memberontak kala Virgo melucuti pakaiannya.

Tanpa rasa kasihan atau tak tega, Virgo langsung menarik tali tersebut dengan sekali tarikan dibantu oleh pengawal yang lainnya.

Terlihat pria buncit itu sudah tergantung tak bernyawa.

Tera yang melihat hal itu hanya tersenyum tipis.

"Pengkhianat seperti dia memang harus dihukum mati," ucapnya pada Virgo.

Virgo hanya manggut- manggut paham.

Prok prok

Tera menoleh kala mendengar suara tepuk tangan.

Terlihat pria tampan berjalan ke arahnya dengan senyum yang bangga dengan apa yang barusan Tera lakukan pada pria buncit tersebut.

Tera yang melihat hal itu sontak langsung beranjak dari kursinya.

"Zen," ucap Tera dengan girang kala melihat hal itu.

•••
Sedangkan di tempat lain ada Lea yang termenung di ruang latihan.

Nico yang melihat Lea tampak duduk termenung sontak langsung menghampirinya sembari membawa sebotol air minum.

"Kalau lelah istirahat, jangan duduk termenung," ujarnya sembari menyodorkan botol minum yang sudah ia buka.

Lea menoleh dan menerima botol air minum tersebut.

"Kira- kira apa dia akan melakukan tugasnya dengan baik?" tanyanya pada Nico.

Nico langsung duduk di samping Lea.

"Dengarkan kata hatimu," ucapnya pada Lea.

Lea membuang napas lega setelah minum.

"Bagaimana jika ia tiba- tiba berkhianat? Ia mudah berpaling dengan hal-hal kecil," gumamnya yang tengah mencemaskan seseorang.

Nico yang mendengar hal itu hanya tersenyum tipis.

"Itu hakmu untuk percaya atau tidak," ujarnya yang menjeda ucapannya sejenak.

"Sudah waktunya kau bertindak, kau ingin kembali sekarang atau di masa yang akan datang, itulah yang saat ini harus kau putuskan," beritahunya pada Lea.

Lea terdiam mendengar ucapan Nico.

Bayangan El yang tiba- tiba terlintas di pikirannya membuat Lea mendadak merindukannya.

Rindu? Sungguh?

Entah sejak kapan ia merindukan pria mesum itu.

Intinya selalu ada bayangan El setiap kali Lea merasa sendirian dan kesepian.

ASI untuk Bayi MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang